Seattle, Teritorial.Com – Kesalahan fatal Boeing 737 Max dapat ditelusuri hingga pengembangan pesawat, ketika uji coba, ahli mesin, dan juga pembuat peraturan masih dibiarkan menjadi misteri terkait perombakan mendasar dari sistem otomatis yang pada akhirnya berperan dalam dua kecelakaaan pesawat ini.
Melansir The New York Times, setahun sebelum pesawat ini diselesaikan, Boeing membuat sistem yang lebih agresif dan lebih beresiko. Sementara versi aslinya mengandalkan setidaknya dua tipe sensor, versi final hanya menggunakan satu, meninggalkan sistem tanpa perlindungan pada masa genting.
Pada kedua pesawat yang mengalami kecelakaan, para pilot berjuang sebagai sensor bahaya satu-satunya di pesawat, saat pesawat menukik dalam beberapa menit , menewaskan 346 orang dan mendorong para pembuat peraturan di seluruh penjuru dunia melarang penerbangan Max.
Tetapi, banyaknya orang yang terlibat dalam pembuatan, pengujian, dan juga persetujuan sistem, yang lebih dikenal dengan MCAS, mengatakan bahwa mereka telah sepenuhnya memahami perubahan tersebut.
Para pekerja saat ini dan yang pernah bekerja di Boeing dan Federal Aviation Administration yang berbicara pada The New York Times menjelaskan mereka telah menganggap bahwa sistem tersebut lebih dapat diandalkan, dan akan jarang, jika pernah, aktif. Berdasarkan asumsi yang salah tersebut, banyak yang membuat keputusan penting, sehingga mempengaruhi desain, sertifikasi, serta pelatihan.
“Itu tidak masuk akal,” kata mantan pilot penguji yang bekerja di Max. “Seandainya aku punya cerita lengkapnya.”
Sementara Jaksa Penuntut dan juga anggota parlemen mencoba untuk mencari tahu apa yang salah, para pekerja dan juga mantan pekerja Boeing menunjuk keputusan tunggal dan menentukan yang merubah sistem, yang kemudian menyebabkan serangkaian kesalahan desain dan pengawasan regulasi.
Ketika Boeing mempercepat penyelesaian pesawat, banyak pekerja yang mengatakan bahwa mereka tidak mengetahui pentingnya keputusan tersebut. Mereka menjelaskan masing-masing dari mereka berfokus pada bagian kecil dari pesawat, proses tersebut membuat mereka tidak menyadari secara utuh perihal sistem pada masa genting dan pada akhirnya berbahaya.
Perusahaan juga meremehkan ruang lingkup sistem ke para pembuat peraturan. Boeing tidak pernah mengungkapkan perubahan MCAS kepada para petugas Federal Aviation Administration (FAA) yang terlibat dalam menentukan kebutuhan pelatihan pilot, termasuk tiga pejabat agensi. Ketika Boeing meminta untuk menghapus deskripsi sistem dari manual pilot, FAA menyetujui hal tersebut. Akibatnya, kebanyakan pilot Max tdak mengetahui perangkat lunak tersebut sampai kecelakaan yang pertama terjadi pada bulan Oktober.
“Boeing tidak memiliki prioritas lebih tinggi daripada keselamatan penerbangan publik,” kata juru bicara perusahaan, Gordon Johndroe, dalam sebuah pernyataan.
Johndroe menambahkan bahwa Boeing dan juga para pembuat peraturan telah mengikuti standar prosedur. “FAA mempertimbangan konfigurasi final dan juga parameter operasi MCAS selama sertifikasi Max, dan menyimpulkan bahwa telah memenuhi semua persyaratan sertifikasi dan peraturan,” jelas Johndroe.
Pada awalnya, MCAS – Sistem Augmentasi Karaktersitik Manuver – bukan perangkat lunak yang beresiko. Sistem hanya akan terpicu pada situasi yang sangat jarang, menukiknya hidung pesawat untuk membuat Max lebih mudah mengontrol saat pesawat berada pada kecepatan tinggi dan Max bergantung pada beragam sensor yang mengukur akselerasi pesawat dan sudutnya terhadap angin, membantu untuk memastikan bahwa perangkat lunaknya tidak aktif secara salah.
Bencana tersebut dapat dihindari, jika para pekerja dan juga pembuat peraturan memiliki pemahaman yang lebh baik tentang MCAS.
Seorang pilot yang pada awalnya menganjurkan perluasan sistem, tidak mengerti bagaimana perubahan tersebut dapat mempengaruhi keamanannya. Seorang analis keamanan mengatakan mereka akan bersikap berbeda jika mereka tahu Boeing telah menggunakan satu sensor. Para pembuat peraturan tidak akan melakukan penilaian formal untuk versi terbaru MCAS.
Para pekerja dan mantan pekerja, banyak yang berbicara secara anonim karena investigasi yang masih berlanjut, memberikan pernyataan mereka setelah kecelakaan yang pertama. Mereka mengaku terkejut bahwa MCAS bergantung pada sensor tunggal.
“Itu gila,” kata seorang insinyur yang membantu merancang MCAS.
“Saya terkejut,” kata seorang analis keselamatan yang meneliti itu.
“Bagi saya, sepertinya seseorang tidak mengerti apa yang mereka lakukan,” kata seorang insinyur yang menilai sensor sistem.