Kairo, Teritorial.Com – Tutup usia, mantan Presiden Mohammed Morsi meninggal dunia pada usia 67 tahun setelah pingsan di balik kerangkeng terdakwa dalam ruang sidang di Kairo pada Senin (17/06), kata para pejabat Mesir. Morsi dikabarkan meninggal dunia setelah sebelumnya sempat jatuh pingsan ketika disidang dalam kasus dakwaan mata-mata dan tak lama kemudian meninggal dunia.
Menurut jaksa penuntut umum, Morsi jatuh pingsan tidak lama setelah berbicara dari balik kerangkeng yang digunakan untuk menempatkan sebagian terdakwa ketika disidang. Ditambahkannya laporan medis tidak menunjukkan ia mengalami cedera baru-baru ini. “Jenazahnya dipindahkan ke rumah sakit dan prosedur yang perlu dilakukan sedang ditempuh,” lapor televisi pemerintah Nile News.
Morsi dipilih sebagai presiden tahun 2012 ketika masih menjadi pemimpin Ikhwanul Muslimin tetapi ia digulingkan oleh militer satu tahun kemudian menyusul aksi protes massal. Ia tercatat sebagai pemimpin pertama Mesir yang dipilih secara demokratis. Namun sejak digulingkan ia masuk tahanan dan menjalani hukuman penjara selama tujuh tahun dalam kasus pemalsuan permohonan pencalonan presiden tahun 2012.
Kembali dibawah pimpinan rezim diktaktor militer, Mesir saat ini menuduh Morsi terlibat dalam jaringan terorisme dan radikalisme yang mana dirinya juga disebutkan sebagai salah satu tokoh kharismatik Ikhwanul Muslimin. Terlebih untuk saat ini pihak pemerintah Mesir juga menyasar para pendukungnya dan menggolongkan Ikhwanul Muslimin sebagai organisasi teroris.
Selain tiu keberpihakan Morsi terhadap kelompok militan Palestina, Mujahidin Hamas, dianggap sebagai mata-mata terhadap pemerintahan Mesir saat ini. Seperti dikabarka bahwa sejak dirinya digulingkan dalam pemerintahan yang sah, Mesir melalui rezim tangan besinya saat ini telah kembali menutup pintu-pintu akses perbatasan antara Mesir dan Palestina melalui Jalur Gaza.
Siapakah Mohammed Morsi?
Morsi lahir di desa El-Adwah Provinsi Sharqiya di kawasan Delta Nil pada tahun 1951. Ia mendalami teknik sipil di Universitas Kairo pada tahun 1970-an sebelum pindah ke Amerika Serikat untuk merampungkan studi tingkat doktoral. Ia dipilih sebagai kandidat presiden dari Ikhwanul Muslimin dalam pemilihan Mesir tahun 2012 setelah pilihan pertama yang ingin diusung organisasi itu mengundurkan diri.
Morsi menang dengan selisih suara tipis dan berjanji memimpin pemerintahan “bagi seluruh rakyat Mesir”. Namun para penentangnya mengatakan Morsi gagal memerintah selama masa kekuasaan yang bergolak. Mereka menuduhnya membiarkan kelompok-kelompok berhaluan Islam mendominasi arena politik dan salah urus ekonomi.
Penentangan warga terhadap pemerintahannya bertambah besar dan jutaan orang turun ke jalan-jalan di seluruh Mesir untuk menggelar aksi bertepatan dengan peringatan satu tahun kekuasaan Morsi pada tanggal 30 Juni 2013. Pada tanggal 3 Juli malam, militer membekukan sementara konstitusi dan mengumumkan pembentukan pemerintahan interim yang diisi oleh para teknokrat sebelum digelar pemilihan presiden baru. Morsi menyebut langkah tersebut sebagai kudeta dan ia kemudian ditahan oleh militer.