Ankara, Teritorial.com – Perang perbatasan yang dimulai sejak awal bulan Januari lalu kini tengah memasuki babak baru, melawan militan Kurdi yang kerap kali melakukan pemberontakan terhadap wilayah perbatasan selatan, Turki mengerahkan unit pasukan khusus ke wilayah Afrin, Suriah utara.
Dengan demikian Turki secara langsung telah menyatakan diri untuk melanjutkan peperangan babak baru melawan milisi Kurdi. Ankara menyatakan, gencatan senjata yang diperintahkan Dewan Keamanan PBB di seluruh wilayah Suriah tidak akan memengaruhi operasi militernya. Hal tersbeut dilakukan karena perang yang dilakukan Turki terhadap militan Kurdi tidak ada hubungannya dengan pemerintah Bashar Al-Assad.
Kondisi terkini, dlaporkan bahwa Pasukan khusus Turki telah menyeberang ke wilayah Suriah dari Provinsi Kilis dan Hatay di Turki selatan. Mereka diperkirakan ditampung di desa-desa yang direbut pasukan Turki dari Pasukan Kurdi/YPG. Sejauh ini protes keras baru diberikan oleh Amerika Serikat (AS).
Kendati demikian keterlibatan pasukan militan Kurdi bersama koalisi barat memerangi ISIS juga menjadi tantangan tersendiri bagi Turki. Dimana Turki juga menyadari akan kepentingan AS terhadap konflik tersebut. Sejak enam minggu lalu diluncurkan, “Operation Olive Branch” kode sandi operasi tersbeut, tidak terlalu banyak mengalami kesulitan, sebagaimana yang dijelaskan oleh pemerintah Turki beberapa hari lalu dilansir dari the Routers (26/2/2018).
Wakil Perdana Menteri Bekir Bozdag kepada NTV, Menyebarkan pasukan khusus adalah bagian dari persiapan untuk sebuah pertarungan baru yang mendekat. Dia menambahkan bahwa unit pasukan khusus Turki memiliki pengalaman dalam memerangi militan di daerah pemukiman. ”Pertarungan akan bergeser ke tempat-tempat di mana ada warga sipil, karena daerah (pertempuran) menyempit”, ujarnya.
Meskipun operasi militer Turki telah memasuki minggu keenam, sebagian besar kota besar di daerah kantong Kurdi, termasuk Kota Afrin sendiri, tetap berada di bawah kendali YPG. Namun, menurut laporan media lokal, pasukan Turki mengusir milisi Kurdi dari semua wilayah yang berbatasan dengan Turki.
Pada tanggal 20 Februari, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan bahwa tentara akan mengepung Afrin dalam beberapa hari mendatang. Operation Olive Branch akan berlanjut meski ada sebuah resolusi Dewan Keamanan PBB yang memerintahkan gencatan senjata di seluruh wilayah Suriah selama 30 hari.
Resolusi tersebut diadopsi dengan suara bulat oleh Dewan Keamanan PBB pada hari Sabtu pekan lalu. Namun, gencatan senjata tidak berlaku bagi ISIS, Al-Nusra, atau organisasi teroris lainnya.
Ankara percaya pengecualian itu juga berlaku untuk milisi Kurdi. ”Ketika kita melihat resolusi Dewan Keamanan PBB, kita melihat bahwa memerangi organisasi teror berada di luar jangkauannya. Karena itu, hal itu tidak akan memengaruhi operasi Turki yang sedang berlangsung,” kata Bozdag, seperti dikutip Anadolu, Selasa (27/2/2018).
Staf Umum Turki pada hari Senin mengatakan, jumlah “teroris” yang telah dinetralisir pasukan Turki selama operasi militer di Afrin mencapai 2.059 orang. Ankara juga menegaskan bahwa serangan tersebut semata-mata ditujukan untuk menghilangkan teroris, dengan membantah tuduhan bahwa pihaknya telah menargetkan warga sipil.
Namun tujuan utama melemahkan serta menghapus pendudukan militer Kurdi dari perbatasan selatan Turki yang kerap kali melakukan pemberontakan bersenjata telah meningkatkan ketegangan antara Ankara dan Damaskus. Pemerintah Suriah telah berulang kali mengutuk operasi tersebut sebagai pelanggaran kedaulatan negaranya dan menuduh Ankara melakukan agresi terhadap wilayah kedaulatan Suriah.
Dari laporan terakhir yang didapat, Damaskus juga mengirim milisi ke Afrin untuk memperkuat pertahanan penduduk setempat dalam perlawanan mereka terhadap serangan Turki. (SON)