Kuala Lumpur, Teritorial.com – Para pejabat keamanan kini harus meninjau kembali kebijaksanaan keamanan domestik, terutama bila hal itu menyangkut keberadaan orang-orang yang menjadi target pemerintah Israel atau Korea Utara.
Pembunuhan terhadap Dr. Fadi.M.R. Albaths, akademisi asal Palestina, pada Sabtu pagi, 21 April 2018, di depan apartemennya di Kuala Lumpur, Malaysia mencerminkan ‘kelalaian’ dari para pihak terkait. Pasalnya , pada 14 Februari 2017, Kim Jong-nam, anak sulung almarhum Kim Jong-il, dibunuh di Bandara Internasional Kuala Lumpur. Empat agen yang berasal dari Korea Utara dan didakwa terlibat berhasil meloloskan diri.
Kegagalan menangani secara tuntas kasus Kim Jong-nam itu menjadi pertimbangan pihak lain yang mau melaksanakan misi serupa. Dr. Fadi.M.R. Albaths ditunggu selama 20 menit oleh dua pembunuhnya dan diberondong dengan 10-20 tembakan. Kedua orang itu yang diduga berwajah Eropa atau Kaukasus lenyap di keremangan pagi. Dan sudah tentu mereka tidak berdua, masih ada yang lain, sebab berdasarkan SOP mestilah ada unsur-unsur lain.
Wakil PerdanaMenteri/Menteri Dalam Negeri Malaysia Datuk Seri Dr Ahmad Zahid Hamidi menyatakan, pemerintah selalu mengawasi agen-agen asing, tetapi sulit mendeteksi sebab mereka memiliki paspor negara yang mempunyai hubungan diplomatik dengan Malaysia. “Kami telah mendeteksi agen-agen asing yang menyalahgunakan paspor dari negara-negara yang mempunyai hubungan diplomatik dengan Malaysia, ketika memasuki Malaysia untuk melaksanakan ‘misi-misi tertentu’.”
Penyalah guna paspor itu termasuk agen-agen dari sebuah negara di Timur Tengah yang memiliki jejaring di seluruh dunia. Para agen tersebut secara spesifik melakukan misi tertentu untuk melindungi kepentingan negaranya, kata Hamidi. Agen-agen intelijen Israel diketahui menggunakan paspor Irlandia, Australia, Inggris, Prancis dan Jerman ketika menewaskan komandan Hamas Mahmoud al-Mahbouh di Dubai UAE pada 20 Januari 2010.
Pembunuhan terhadap ahli pembuat drone insinyur Mohamed Zaouari, 49, di Sfax, Tunisia pada Kamis, 15 Desember 2016, dilakukan agen-agen Israel yang antara lain menggunakan paspor Bosnia.
Pemerintah Polandia berhasil menangkap salah seorang pembunuhnya, Ori Brodsky, dengan tuduhan menyalahgunakan paspor Jerman. Adapun pemerintah Irlandia, Australia, Prancis dan Inggris mengusir diplomat Israel serta kepala perwakilan Mossad di London.
Reaksi yang lemah dan kelalaian menyebabkan para pihak yang melakukan misi-misi pembunuhan , seperti melaksanakannya di halaman rumah sendiri. Dunia sepertinya akan menantikan episode berikutnya. (SON)