Beijing, Teritorial.Com – Jika sebelumnya Amerika Serikat (AS), menaikan tarif pajak sekitar 25% dari harga barang terhadap produk-produk impor asal China yang masuk ke pasar domestik Amerika, kini giliran Pemerintah China yang memberlakukan tarif baru terhadap 5.200 produk asal Amerika Serikat (AS) senilai USD60 miliar.
Dilansir BBC, para pejabat China menuduh AS “secara sepihak” telah meningkatkan ketegangan antara dua raksasa ekonomi itu. Menanggapi kebijakan proteks terbaru AS, Beijing mengatakan tarif baru akan berkisar dari 5% -25% pada produk-produk AS senilai USD60 miliar. Sementara Gedung Putih mengatakan tarif baru sebagai respons terhadap kebijakan perdagangan China yang “tidak adil”.
Termasuk subsidi dan aturan yang mengharuskan perusahaan asing di beberapa sektor untuk mendatangkan mitra lokal. Presiden Donald Trump menyalahkan praktik-praktik untuk menempatkan perusahaan-perusahaan AS pada posisi yang kurang menguntungkan dan membantu menciptakan defisit perdagangan. “Daripada membalas, Cina harus mengatasi kekhawatiran lama tentang praktik perdagangan yang tidak adil,” ujar Sekretaris Gedung Putih Sarah Sanders.
Perang tarif bea impor mengiringi pembicaraan musim semi ini yang gagal menghasilkan kesepakatan. Putaran pertama tarif mulai berlaku pada tanggal 6 Juli, ketika AS memberlakukan pajak 25% atas impor China senilai USD34 miliar dan langsung dibalas Negeri Tirai Bambu. Tarif untuk produk lainnya senilai USD16 miliar tertunda, atau bagian kedua tarif senilai USD50 impor dari impor yang diumumkan AS pada bulan Maret.
Ancaman AS telah meningkat sejak itu, ketika Presiden Trump mengatakan dia siap untuk mengenakan tarif atas semua impor China senilai USD500 miliar. Pada bulan Juli, AS menerbitkan daftar produk tambahan senilai USD200 miliar untuk diterapkan dengan tarif 10% – angka yang saat ini dipertimbangkan AS untuk meningkat menjadi 25%.
Dalam laporan terbaru Jumat, kemarin China mengaku telah menyiapkan tarif pada barang-barang AS yang meliputi produk pertanian dan energi, kulit dan mesin. Beijing mengatakan kapan kebijakan tarif baru ini diterapkan akan tergantung pada apakah AS bakal mewujudkan ancamannya.