Singapura, Teritorial.com – Komitmen Menteri Pertahanan RI dalam pemberantasan terorisme mewarnai sejumlah agenda pertemuan bialteral dengan Menteri Pertahanan saat pembukaan forum se-tingkan Menteri Shangri-la dialogue Singapore 2018 yang dijadwalkan akan berlangsung mulai tanggal 1-3 Juni 2018.
Tak ada kata lain bagi Ryamizard Ryacudu bahwa terorisme harus diupayakan. Berbagai inovasi kebijakan terus dilakukan dengan berdasarkan pada berbagai kemungkinan potensi ancaman yang berkembang. “kerjasama harus ditingkatkan satu pemikiran seperti yang saya sampaikan perkecil perbedaan membesarkan persamaan,” ujar Purnawirawan Jenderal TNI AD tersebut saat ditanya awak media.
Berbeda dengan Menteri Pertahanan lainnya, Ryamizard sejak awal menjadi menteri pertahanan tidak melelu berfikir tetang bagaimana caranya perang, dan mempersiapkan alutsista saja. “saya sampaikan bahwa ancaman perang terbuka merupakan ancaman yang tidak nyata. Nah teroris ini nyata kita bisa rasakan ko, dan makanya kita perlu segera ambil tindakan selesaikan masalah ini,” tambahnya.
Dihadapan sejumlah menteri pertahanan lainnya seperti James N. Mattis. dan Menhan Singapura kemudian Menhan New Zealand, mantan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) tersebut mengungkapkan bahwa ancaman nyata yang kita hadapi saat ini pertama terorisme, perang siber, bencana alam. Inilah yang pastinya kita sendiri tidak tahu kapan terjadi dimana dan apa alasannya.
“Jika ancaman perang terbuka, kita bisa tahu kapan terjadinya, ada indikasinya kemudian terjadi secara bertahap bahkan dengan segala bentuk kemungkinan upaya diplomasi negara lainnya bisa menjadi mediator, untuk teroris jelas kita menghadapi hal yang luar biasa maka dari itu kita membutuhkan kerja sama yang luar bisa juga dan kesepatan seluruh bangsa,” jawab Ryamizard.
“Mattis menhan AS sangat mengapresiasi, kemudian Menhan Singapura, baru saja tadi Menhan New Zealand mengenai apa yang salama ini kita lakukan, selanjutnya akan ada langkah konkret terkait pembahasan terorisme yang meilibatkan AS dan Singapura bentuk konkretnya yang masalah intielijen,” Jelasnya
Bagi mantan Perwira TNI yang lama berkarir di dunia penugasan tersebut, penekanan kerja sama terkait operasi intelijen dalam menghadapi teroris sangat dibutuhkan lantaran Intelijen Indonesia dianggap masih kurang. “seharusnya masalah seperti negara sudah tahu lebih dahulu bahwa akan ada ancaman bom, jadi ada peringatan, nah bagaimana untuk tahunya ya kita harus kerja sama,”imbuhnya.
Soal kedekatan pemerintah Indonesia dengan India, Ryamizard menegaskan bahwa Indonesia berteman dengan siapapun, termasuk India, Cina, Amerika bahkan negara Eropa. Tidak ada pengecualian, Indonesia bersahabat bahkan kedekatan tersebut akan terus dijaga dan diupayakan. Indonesia justru tak segan-segan jika harus menjadi mediaotor jika terdapat salah satu dari mereka terlibat pertikaian. (SON)