Teheran, Teritorial.com – Menjadi salah satu pihak external yang memiliki kepentingan atas perang saudara di Suriah. Iran menegaskan akan terus berada di Suriah selama Damaskus menghendakinya.
Keputusan Iran tersebut merupakan bentuk respon atas pernyataan yang dibuat oleh Presiden Rusia, Vladimir Putin dengan Presiden Suriah, Bashar al-Assad. Bersama Rusian telah sejak awal perang saudara berlangsung Iran menjadi negara terdepan dalam mengamankan serta mendukung pemerintahan Assad.
Kesamaan faktor ideologis yakni berpegang teguh terhadap aliran Syah, Iran beberapa kali juga harus terlibat pusaran konflik Suriah dimana berada dipihak yang bersebrangan dengan kepentingan Barat alias negara-negara sekutu Amerika Serikat (AS).
Saat bertemu Assad pekan lalu, Putin menyatakan, karena keberhasilan perjuangan anti-teror pasukan Suriah, pasukan asing harus meninggalkan negara itu secepatnya, termasuk pasukan Iran dan Hizbullah. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Bahram Kasemi menyatakan, Teheran hanya akan menarik pasukan mereka di Suriah jika operasi anti-teror telah selesai dan jika pemerintah Suriah memintanya.
“Tidak ada yang bisa memaksa Iran untuk melakukan ini. Selama ada terorisme dan pemerintah Suriah menginginkannya, Iran akan tetap hadir di Suriah. Mereka yang memasuki negara itu tanpa izin dari otoritas Suriah, harus pergi,” ucap Kasemi, seperti dilansir Sputnik pada Senin (21/5/2018).
Iran sendiri sempat beberapa kali berada langsung di barisan militer pemerintahan Assad dalam memerangi guna merebut kembali sejumlah wilayah yang telah diduduki oleh kelompok militan oposisi yang mayoritas dari mereka adalah penduduk Suni atau Ahlusunnah Waljammah.
sejatinya tidak pernah mengakui bahwa mereka telah mengirimkan pasukan ke Suriah. Teheran sejauh ini hanya mengakui mengirimkan penasihat militer untuk melatih tentara Suriah melawan ISIS dan kelompok teroris lainnya. (SON)