Tempatkan Pesawat Tempur dan Logistik di Pulau Woody, Tiongkok Ancam keamanan Laut Cina Selatan. 

0

Washington D.C., Teritorial.com- Peneguhan atas klaim sepihak Tiongkok di Laut Cina Selatan (LCS), tentunya tidak terlepas dari orientasi kebijakan pertahanan Tiongkok saat ini. Di tengah perdebatan yang berlangsung, militerisasi  menjadi langkah yang ditempuh sebagai upaya pengamanan terhadap kepentingan Tongkok Di LCS.

Menghadapi ketegangan yang tengah berlangsung, media pemerintah Tiongkok baru saja merilis pemberitaan mengenai penempatan pesawat tempur generasi ke-4,5 J-11 di Pulau Woody, bagian dari gugusan kepulauan Paracel. Fenomena ini terbilang cukup langka, dimana Tiogkok hampir tidak pernah terbuka mengenai gelar pasukan yang ditempatkan di LCS yang sampai saat ini masih berada dalam situasi yang tidak menentu.

Fenomena tersebut sedikit berbeda dengan Tiongkok sebelumnya, yang telah secara sembunyi-sembunyi membangun instalasi anti-ship cruise missiles. Steven Stashwick pengamat militer dari Amerika Serikat (AS) dilansir dari thediplomat.com menegaskan bahwa upaya penangkalan deterrence melalui militerisasi menjadi langkah tepat untuk menekankan kepada negara-negara di kawasan terkait penguatan kehadiran militer Tiongkok di LCS.

“Tiongkok telah secara terbuka menunjukan kekuatan militer di LCS kepada dunia, Tiongkok melalui miiterisasi berupaya memperlihatkan keseriusannya guna mendukung agenda global Tiongkok menguasai sepenuhnya LCS”. jelas Stashwick.

Menurut Stashwick, letak geografis Paracels memberikan nilai strategis yang sangat potensial guna menunjang penyebaran gelar pasukan dan instalasi militer Tiongkok di LCS. “Lokasi pusat Paracels di LCS memberi mereka nilai strategis potensial yang besar sebagai dasar untuk instalasi militer yang memperpadukan antara kekuatan aircraft dan Balistic misille jarak jauh”. tegasnya.

Pulau Woody menjadi lanjutan dari tujuh fitur sebelumnya yang sudah dipersiapkan di kepulauan Spratly, “Spartly menjadi tahapan awal gelar pasukan Tiongkok secara besar-besaran sebagai lanjutan dari tujuh fitur yang sudah dipersiapkan Tiongkok sejak pemberlakuan klaim sepihak terhadap LCS” tambah Stashwick.

Sebagai seoarang peneliti idenpenden yang fokus terhadap isu-isu keamanan di Asia Timur, Stashwick memperingatkan kepada Pentagon bahwa kedepan provokasi militer Tiongkok akan sangat memungkinkan menyulut konflik berkepanjangan dengan AS, jika tidak disikapi sedini mungkin dan seakurat mungkin. “Miskakulasi harus menjadi pertimbangan utama bagi departemen pertahan AS, karena tentu kesalahan sekecil apapun dapat berdampak fatal yang akan semakin memperkuat posisi Tiongkok”. Himbaunya.

Pulau Woody/ Reuters

Sebelumnya di musim gugur, kantor berita South China Morning Post melaporkan bahwa sebuah institut aeronautika Tiongkok telah melakukan uji coba penerbangan pesawat tanpa awak (UAV) yang dapat digunakan untuk memasok kembali pangkalan-pangkalan Tiongkok yang jauh di Laut Cina Selatan dan mengkonsolidasikan penguasaannya atas wilayah tersebut. Kemampuan UAV yang dapat mengantarkan satu setengah ton kargo lebih dari 2.000 kilometer, tentunya akan semakin menunjang bagi proyek reklamasi sejumlah karang di gugusan kepulauan Spratly dan Paracel.

Pemberitaan dari media nasional Tiongkok xinhua.net awal desember lalu mengabarkan bahwa Tiongkok telah menambah Kemampuan logistik tempur dengan menempatkan sejumlah empat pesawat angkut Y-9 yang dapat dioperasikan secara khusus untuk melakukan latihan simulasi pengepungan dan operasi taktis lainnya. Dibandingkan dengan UAV yang hanya mampu mengagkut 1,5 ton, Y-9 bisa membawa 25 ton. Y-9  akan sangat memudahkan Tiongkok menghubungkan pergerakan pasukan dari Timur ke Selatan maupun sebaliknya.(SON)

Share.

Comments are closed.