Washington D.C, Teritorial.com – Setelah mendukung Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel kini Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, menyatakan keinginannya untuk hadir pembukaan Kedutaan Besar di Yerusalem. Hal itu diungkapkan Trump saat bertemu dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Gedung Putih.
Kepada Netanyahu, Trump mengatakan ia mempertimbangkan untuk melakukan kunjungan kedua ke Yerusalem sebagai presiden. Pembukaan Kedubes AS di Yerusalem sendiri direncanakan pada bulan Mei mendatang. “Kami berniat untuk datang. Jika saya bisa, saya akan melakukannya,” kata Trump seperti dilansir dari Reuters, Selasa (6/3/2018).
Keputusan Trump bahwa AS mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel dan memindahkan kedutaan di sana dari Tel Aviv telah menghancurkan kebijakan AS yang berjalan selama beberapa dekade. Keputusan itu juga memperparah hubungan sekutu dengan Arab dan telah mempersulit upaya pemerintahannya untuk menghidupkan kembali perundingan damai Timur Tengah yang telah lama terhenti.
Trump sebelumnya meminta agar Palestina kembali ke meja perundingan dan mengatakan jika mereka tidak melakukannya maka tidak akan mendapatkan kedamaian. Presiden Palestina Mahmoud Abbas, yang marah atas tindakan Trump terkait Yerusalem, menolak untuk terlibat dengan AS dalam perdamaian Timur Tengah. Ia pun mendorong Trump untuk menunda peluncuran proposal perdamaian.
Trump sendiri mengutus penasihat senior sekaligus menantunya, Jared Kushner, dalam proses perdamaian di Timur Tengah. Beberapa analis percaya bahwa kemampuan Kushner untuk menjalankan prakarsa Timur Tengah telah terhalang oleh hilangnya akses terhadap intelijen AS yang berharga. Hal itu tidak terlepas dari tindakan keras Gedung Putih terhadap akses rahasia semacam itu bagi mereka yang tidak memiliki izin keamanan penuh.
Gedung Putih mengatakan downgrade keamanan Kushner tidak mempengaruhi peran yang dimainkannya dalam pertemuan tersebut. Pejabat AS yang berbicara menjelang kunjungan kedua Netanyahu ke Gedung Putih mencirikan kunjungan itu sebagai “check-in rutin.” Namun, bagi Netanyahu, pertemuan di Kantor Oval memberikan ketenangan dari masalah hukumnya.
Netanyahu, yang akan berbicara dengan kelompok lobi pro-Israel AIPAC pada hari Selasa, menunggu keputusan dari jaksa agung Israel mengenai apakah akan mendakwa dia, seperti yang direkomendasikan polisi dalam dua kasus penyuapan. Netanyahu membantah melakukan kesalahan.(SON)