Teritorial.com – Fenomena frost atau embun beku yang terjadi di kawasan Gunung Bromo dan Semeru beberapa hari terakhir menjadi viral di media sosial. Kejadian yang dianggap langka tersebut kemudian menjadi daya tarik bagi para wisatawan sehingga banyak yang ingin melihat secara langsung.
Tidak hanya di Gunung Bromo dan Semeru saja, fenomena embun beku tersebut juga dapat ditemui di beberapa wilayah di Pulau Jawa. Pasalnya beberapa wialyah di Pulau Jawa memang mengalami penurunan suhu hingga minus derajat celcius.
Indonesia yang merupakan negara tropis memang tidak memiliki siklus musim dingin sehingga fenomena embun beku yang terjadi di beberapa wilayah di Pulau Jawa dianggap hal yang tidak biasa. Namun menurut Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Thomas Djamaluddin, fenomena tersebut sebenarnya normal terjadi di wilayah pegunungan Indonesia.
“Suhu minus bisa terjadi di pegunungan saat bertiupnya udara dingin dari belahan selatan,” kata Thomas. “Embun es terjadi dengan mekanisme sebagai berikut. Pada siang hari pemanasan cahaya matahari membentuk uap di udara,” tambahnya seperti dikutip dari Kompas.com.
“Saat malam hari, udara dingin menyebabkan uap air mengembun di dedaunan. Karena udara sangat dingin, sampai minus, embun membeku menjadi kristal es di dedaunan,” sambungnya.
Thomas juga menjelaskan bahwa fenomena embun beku yang ada di Gunung Bromo dan Semeru tidak sama dengan salju yang ada di negara-negara subtropis meskipun sama-sama membentuk es. Menurut penjelasan Thomas materi yang membeku antara frost dan salju merupakan hal yang berbeda.
“Embun es adalah embun atau uap yang telah mencair lalu membeku menjadi es,” tutur Thomas. “Salju (di daerah musim dingin) adalah uap air yang terkumpul di awan yang matang turun sebagai titik-titik air yang membeku berupa salju yang lembut seperti kapas,” tegasnya