TERITORIAL.COM,JAKARTA – Di balik megahnya kompleks makam raja-raja Mataram di Imogiri, Bantul, tersimpan kisah kelam tentang seorang pengkhianat yang nasibnya berakhir tragis. Ia adalah Tumenggung Endranata, sosok yang disebut-sebut menjadi biang gagalnya serangan Sultan Agung ke Batavia pada tahun 1629. Hingga kini, makamnya dipercaya berada di bawah salah satu anak tangga menuju kompleks makam, dan setiap hari tanpa disadari diinjak oleh para peziarah.
Kisah ini bermula ketika pasukan Mataram yang dipimpin Sultan Agung berusaha menaklukkan Batavia, pusat kekuasaan VOC. Namun, serangan besar itu gagal total. Persediaan pangan pasukan Mataram dibakar habis oleh VOC setelah lokasi lumbung padi mereka bocor. Dari situlah muncul cerita tentang adanya pengkhianatan dari dalam tubuh Mataram sendiri.
Nama Tumenggung Endranata kemudian mencuat sebagai sosok yang membocorkan rencana penyerangan dan letak lumbung pangan kepada pihak VOC. Pengkhianatan itu membuat pasukan Mataram kelaparan dan akhirnya mundur. Atas perbuatannya, Endranata dijatuhi hukuman mati dengan cara yang mengenaskan.
Menurut Bupati Pasarean Pajimatan Imogiri, Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Rekso Kusumo, jasad Endranata bahkan tidak dikubur utuh. Tubuhnya dipotong menjadi tiga bagian. Bagian badan dikubur di bawah anak tangga menuju makam Sultan Agung, kepalanya di dekat gapura utama, dan kakinya di sekitar kolam di bawah tangga.
“Tubuhnya dimutilasi dan dikubur terpisah. Bagian badannya dikubur di anak tangga itu supaya setiap orang yang naik menuju makam Sultan Agung akan menginjaknya,” ujar Rekso Kusumo saat ditemui di Imogiri, Minggu (5/10/2025).
Pantauan di lokasi memperlihatkan satu anak tangga yang bentuknya berbeda dari yang lain. Tangga tersebut tampak lebih aus, melengkung, dan permukaannya lebih halus, seolah sering terinjak. Menurut Rekso, perbedaan itu memang disengaja sebagai simbol penghinaan bagi sang pengkhianat.
“Anak tangga itu memang dibuat seperti itu, supaya menjadi pengingat bagi siapa pun bahwa pengkhianatan terhadap kerajaan tidak akan pernah dimaafkan,” jelasnya.
Rekso menambahkan, Endranata disebut nekat berkhianat karena kedekatannya dengan pihak Belanda. Ia dikisahkan menerima banyak imbalan dan hadiah dari VOC sehingga rela menggadaikan kesetiaan kepada kerajaan sendiri.
“Dia terlalu dekat dengan Londo (Belanda). Mungkin karena tergiur harta dan upeti yang diberikan VOC saat itu,” imbuhnya.
Kini, tanpa disadari, ribuan peziarah yang datang untuk berdoa di makam Sultan Agung setiap harinya menginjak kubur sang pengkhianat. Sebuah simbol bahwa dosa pengkhianatan akan selalu dikenang, bahkan berabad-abad setelah pelakunya tiada.