TERITORIAL.COM, JAKARTA — Puan Rumah sukses menyelenggarakan pameran fotografi bertajuk “Rumah” yang fokus pada narasi perempuan dan keluarga. Pameran fotografi yang mendefinisikan ulang makna rumah dan keluarga ini dapat dilihat di Neha Hub mulai 6 hingga 11 Desember 2025.
Melalui konsep dari Kala dan fotografer Raihana, Puan Rumah sukses menyajikan serangkaian foto secara intim dan mendalam mengisahkan dinamika kehidupan keluarga.
Cerita di Balik Lahirnya Konsep
Melalui Instagram pribadinya, Kala, seorang pendiri sekaligus pemimpin Puan Rumah, menceritakan bagaimana konsep ini pertama kali lahir hingga akhirnya terwujud.
Ia melihat konsep tersebut sebagai refleksi yang sangat personal. Melalui rasa ingin tahu mengenai anggapan umum “kodrat perempuan” di rumah, pertanyaan kritis lainnya ikut lahir.
Mengapa keluarga sering menganggap laki-laki sebagai tuan rumah? Pertanyaan inilah yang memicu Kala untuk mencari tahu, karena ia ingin menyorot para perempuan yang menghuni, bersinggah, dan bertahan di dalam rumah dengan segala dinamika kisahnya.
Oleh karena itu, kegelisahan ini melahirkan Karya Puan Rumah, sebuah ruang seni dan sastra yang memberi panggung bagi perempuan untuk mengekspresikan suara mereka.
Kala berupaya menjelajahi arti sebenarnya dari “rumah,” mencari jawaban apakah itu tentang kenyamanan, keamanan, ataukah sesuatu yang lebih rapuh dan sunyi.
Kisah Keberanian Perempuan dan Redefinisi Keluarga

Melalui 16 kisah yang disajikan dalam potret dan narasi, pameran ini jauh melampaui estetika visual. Karya-karya ini mengajak pengunjung menyelami dinamika keluarga yang menantang batas-batas tradisional, sosial, dan biologis.
Pameran ini menekankan bahwa rumah menjadi ruang emosional yang dibentuk oleh pilihan, penerimaan, dan ketulusan, bukan hanya struktur fisik atau ikatan darah.
“Keluarga yang normal bukanlah keluarga yang sempurna, melainkan yang mampu bertahan, saling menguatkan, dan saling mengasihi apa adanya,” kata Caecillia.
Lewat kisah, “Rumah Caecillia” pengunjung mendapati bagaimana kisah perjalanan hidup Caecillia dan ibunya, Mei, dua perempuan yang membangun rumah penuh cinta meskipun hanya berdua.
Narasi ini merepresentasikan penting bagi keluarga single parent yang kuat dengan keberanian, ketulusan, dan keyakinan bahwa kehangatan keluarga tercipta dari orang-orang yang memilih untuk mencintai tanpa kewajiban.
Selanjutnya, kisah dari “Rumah Asterlyta” yang menceritakan seorang ibu tunggal dan penyintas KDRT bersama ibu kandungnya (Mamah Yanti) dan kedua putrinya.
Inti dari kisah ini adalah tentang bagaimana rumah didefinisikan sebagai ruang aman dan perlindungan yang dibangun oleh cinta dan dukungan timbal balik antar-anggota keluarga, terutama saat menghadapi trauma, tantangan finansial, dan stigma sosial.
Kisah ini menampilkan potret perempuan yang saling menguatkan, menunjukkan bahwa dukungan seorang ibu dibutuhkan oleh anaknya, bahkan ketika sang anak sudah dewasa dan menjadi ibu sendiri.
“Maaf, kalau masih ngerepotin. Setiap ada Mama, masih balik lagi jadi anak kecil, karena yang namanya seorang ibu, juga masih membutuhkan ibu,” kata Aster.
Makna Rumah yang Lebih Luas
Pada akhirnya, pameran “Rumah” berhasil menangkap esensi solidaritas antarperempuan dan kekokohan ikatan yang tidak selalu terikat oleh garis keturunan.
Dari 16 cerita yang ada, Puan Rumah mengajak audiens untuk menerima definisi keluarga yang lebih luas. Pesan utama pameran ini adalah cinta dan kekeluargaan tumbuh dari perjumpaan dan kehadiran, bukan semata dari ikatan darah.

