JAKARTA, Teritorial.com – Menjelang perayaan hari Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus, Mama dapat mengajak anak untuk mengenang kembali perjuangan para pahlawan merebut kemerdekaan. Biasanya, anak hanya mengetahui pahlawan-pahlawan yang berasal dari Indonesia.
Namun kini Mama bisa jelaskan bahwa ternyata banyak di antaranya pahlawan berasal dari bangsa yang menjajah Indonesia. Mereka ikut berjuang bersama pahlawan dalam negeri untuk merebut dan mempertahankan kemerdekaan RI.
Caranya ada yang lewat tulisan, berdebat, ikut berperang atas nama kemanusiaan, bahkan membantu kemerdekaan bangsa.
Berikut ini 4 nama pahlawan asing yang berperan penting dalam upaya merebut kemerdekaan Republik Indonesia.
1. Eduard Douwes Dekker atau dikenal sebagai Multatuli
Orang Indonesia mengenal Eduard Douwes Dekker sebagai Multatuli, nama pena yang diambil dari bahasa Latin yang berarti, “banyak yang sudah aku derita”. Ia lahir di Amsterdam, Belanda pada 2 Maret 1820.
Multatuli adalah seorang penulis asal Belanda yang terkenal dengan roman Max Havelaar pada 1860. Roman tersebut berisi kritik atas perlakuan buruk para penjajah terhadap masyarakat pribumi di Hindia Belanda.
Dalam roman Max Havelaar, Multatuli meceritakan semua pengalamannya sebagai asisten residen di Banten, seperti kisah kejinya para bupati, pejabat masa feodalisme yang dimanfaatkan kerajaan Belanda untuk mengambil pajak dari rakyat
Terbitnya buku roman itu membuka mata masyarakat Belanda bahkan Eropa. Kaum liberalis Belanda menganggap sistem penjajahan Belanda sudah keterlaluan. Sehingga muncul program politik balas budi dengan gerakannya yaitu menciptakan sekolah standar Belanda untuk masyarakat Pribumi.
Multatuli meninggal di Ingelheim am Rhein, Jerman, 19 Februari 1887 pada usianya 66 tahun. Sosok Multatuli menginspirasi banyak tokoh Indonesia, seperti Soekarno, Tan Malaka, Moh. Hatta, Pramudya Ananta Toer, hingga WS Rendra.
2. Dr. Ernest François Eugène Douwes Dekker atau dikenal sebagai Dr. Setiabudi
Dr. Ernest François Eugène Douwes Dekker atau dikenal sebagai Douwes Dekker atau Dr. Setiabudi merupakan seorang pejuang kemerdekaan dan pahlawan nasional Indonesia. Lahir di Pasuruan, Hindia Belanda, pada 8 Oktober 1879.
Darah pejuangnya lahir dari sang kerabat, Eduard Douwes Dekker atau Multatuli. Douwes Dekker merupakan peletak dasar nasionalisme Indonesia pada awal abad ke-20. Ia merupakan penulis yang kritis pada kebijakan pemerintah penjajahan di Hindia Belanda.
Dr.Setiabudi adalah wartawan, aktivis politik, serta penggagas nama “Nusantara” sebagai nama Hindia Belanda yang merdeka.
Ia juga merupakan salah satu dari “Tiga Serangkai” yaitu pejuang yang menggerakan kemerdekaan Indonesia, bersama dengan dr. Tjipto Mangoenkoesoemo dan Suwardi Suryaningrat.
Ia meninggal di Bandung, Jawa Barat, 28 Agustus 1950 pada umur 70 tahun.
3. Haji Johannes Cornelis (H.J.C.) Princen, atau dikenal sebagai Poncke Princen
Haji Johannes Cornelis (H.J.C.) Princen, atau dikenal sebagai Poncke Princen merupakan pria kelahiran Den Haag, Belanda, 21 November 1925. Princen, merupakan pejuang kemanusiaan Indonesia di tiga era, yaitu Revolusi, Orde Lama, dan Orde Baru.
Pada 1948, bukan berperang melawan bangsa Indonesia, ia malah berpindah pada kubu Indonesia untuk melawan negara dan bangsanya sendiri. Hal ini karena pengalamannya yang pernah merasakan penjajahan Nazi Jerman atas Belanda.
Ia kemudian bergabung dengan pasukan Siliwangi di bawah komando Kemal Idris, ia sangat mempercayai tugas tempurnya pada Princen. Hal ini tentunya merepotkan tentara Belanda, hingga akhirnya Belanda membentuk unit khusus untuk menangkap hidup atau mati Princen.
Atas perjuangannya dan pengorbanannya, pada 1949, Presiden Soekarno menganugerahinya penghormatan Bintang Gerilya. Pada 1980, ia juga mendirikan Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia,
Tak hanya itu, ia juga aktif sebagai pengacara, membela korban pembatantaian Tanjung Priok pada 1984, dan membela puluhan mahasiswa ITB yang ditahan karena berdemo di tahun 1989.
Princen pada akhirnya meninggal di Jakarta, 22 Februari 2002 pada umur 76 tahun.
4. Laksamana Muda Maeda Tadashi
Laksamana Muda Maeda Tadashi lahir di Kagoshima, Jepang pada 3 Maret 1898. Ia merupakan perwira tinggi Angkatan Laut Kaisaran Jepang di Hindia Belanda pada masa Perang Dunia II.
Selama penjajahan Jepang di Indonesia, ia menjabat sebagai Kepala Penghubung Angkatan Laut dan Angkatan Darat Tentara Kekaisaran Jepang.
Ia dikenal memoliki peranan yang cukup penting dalam kemerdekaan Indonesia, seperti memberikan rumahnya yang berada di Jl. Imam Bonjol No.1 Jakarta Pusat sebagai tempat penyusunan naskah proklamasi. Selain itu, ia juga bersedia menjamin keamanan selama penyusunan.
Walaupun keputusannya berisiko, namun berkat keberanian dan nuraninya, Maeda turut berperan dalam kemerdekaan Indonesia. Namanya pun juga sempat menjadi nama jalan di sekitar Monumen Nasional atau dikenal dengan nama Jalan Merdeka.
Ia pun meninggal pada 13 Desember 1977 pada umur 79 tahun, bekas kediamannya juga menjadi Museum Perumusan Naskah Proklamasi.
Nah tadi di atas adalah 4 pahlawan asing yang ikut berjasa dalam Kemerdekaan Indonesia, tentunya anak juga perlu mengenal dan menghargai jasa-jasa pahlawan yang berjuang dan mengorbankan dirinya untuk negara yang seharusnya di jajah oleh bangsanya.