Banjir Danau Sentani, Pemerintah Upayakan Penghijauan Kembali Pegunungan Cycloop

0

Santani, Teritorial.Com – Pemerintah mengupayakan kembali penghijauan dan penanaman kembali area hutan di Pegunungan Cycloop, Jayapura, Papua, yang rusak parah akibat penebangan liar. Adapun penanaman kembali hutan di hulu sungai yang bermuara di Danau Sentani diperlukan untuk memperbaiki ekosistem di cagar alam tersebut.

Hal tersebut dipertegas dengan adanya keterangan dari Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dimana penanaman kembali hutan di hulu sungai yang bermuara di Danau Sentani diperlukan untuk memperbaiki ekosistem di cagar alam tersebut. “Agar tidak terjadi lagi bencana banjir dan longsor yang menimbulkan korban jiwa,” ujar Sutopo Purwo Nugroho di Graha BNPB, Jakarta, dalam keterangan pers kepada teritorial.com.

Selain memperbaiki ekosistem di hulu sungai, lanjut Sutopo, Presiden Jokowi juga telah memerintahkan BNPB agar segera mengevakuasi para korban bencana banjir bandang yang terjadi pada Sabtu (16/3) lalu. Prioritas evakuasi bertujuan untuk menghindari bertambahnya jumlah korban meninggal dunia dan luka-luka. Sutopo memaparkan, banjir bandang di Sentani, Kabupaten Jayapura, terjadi akibat ulah tangan manusia dan fenomena alam.

Kawasan Gunung Cycloop merupakan area cagar alam yang sejak 2003 dirusak manusia. Perambahan cagar alam sedikitnya dilakukan 753 kepala keluarga yang terdiri atas sedikitnya 43.030 jiwa sejak 2003. Penebangan pohon untuk membuka perumahan dan kebutuhan kayu juga marak terjadi dengan area seluas 2.415 hektare. Di sana ada juga tambang galian tipe C.

Ketika kawasan Sentani diguyur curah hujan skala ekstrem mencapai 248,5 mm selama tujuh hari berturut-turut, pembabatan hutan menyebabkan longsor bebatuan di hulu sungai kawasan Gunung Cycloop. longsor yang menutupi aliran sungai kemungkinan menghambat aliran air sungai menjadi bendungan kecil secara alami.“Curah hujan esktrem kemarin setara dengan satu bulan hujan dalam keadaan normal,” terang Sutopo.

Hingga pukul 18.30 Wita kemarin, jumlah korban akibat banjir bandang di Kabupaten dan Kota Jayapura tercatat sudah mencapai 83 orang tewas, 84 orang luka berat dan 75 orang luka ringan. Sementara itu, 5.725 pengungsi ditampung di tujuh titik termasuk di Gunung Merah. Kapolres Jayapura AKBP Viktor Makbon mengatakan, korban banjir bandang terbanyak berasal dari Distrik Sentani.

Rumah Sakit RS Bhayangkara Jayapura sejak Minggu (17/3) sudah menerima 64 kantong berisi jenazah korban banjir bandang. Namun, hingga kemarin baru 26 korban yang sudah teridentifikasi. Sebagian besar jenazah sudah diserahkan ke pihak keluarga. Banjir bandang menerjang sembilan kelurahan Kesembilan kelurahan yang terdampak yaitu Kelurahan Dobonsolo, Hinekombe, Hobong, Ifale, Ifar Besar, Keheran, Sentani Kota, Sereh dan Kelurahan Yobhe.

Tiga kelurahan mengalami kerusakan terparah yakni Dobonsolo, Doyo Baru dan Hinekombe. Sedikitnya 11.725 keluarga terdampak, 104 ruko rusak berat, 350 rumah rusak berat dan 211 rumah terendam di BTN Bintang Timur Sentani. Sejumlah fasilitas umum juga rusak berat, antara lain 8 sekolah, 3 tempat ibadah dan 3 jembatan.

Kepala BNPB menyatakan, proses evakuasi, penyelamatan dan pencarian korban banjir oleh tim SAR gabungan terus dilakukan. Terkait logistic untuk para korban selamat, Doni mengungkapkan sudah ada penanganan oleh pihak terkait yang disebar di beberapa titik pengungsian. Pemerintah daerah, TNI dan Polri juga pihak lainnya terus bekerja, menambah fasilitas MCK, sanitasi, air hangat untuk para bayi, selimut, makanan nutrisi dan lainnya,” papar Doni. Masa tanggap darurat telah ditetapkan selama 14 hari.

Share.

Comments are closed.