TERITORIAL.COM, JAKARTA – Di bawah kemudi strategis Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Dr. Muhammad Ali, diplomasi pertahanan Indonesia terus mengukir babak baru. Sinyal penguatan poros maritim-strategis dengan kekuatan global semakin terlihat jelas, terutama melalui kunjungan penting delegasi tinggi Rusia ke Markas Komando Armada II (Koarmada II) di Surabaya.
Pada Rabu (5/11), Koarmada II menjadi saksi pertemuan tingkat tinggi ketika Adviser Presiden Federasi Rusia, Pathrusev Nikolai, disambut langsung oleh Panglima Koarmada II (Pangkoarmada II) Laksda TNI I G. P. Alit Jaya, S.H., M.Si. Kunjungan ini bukan sekadar basa-basi diplomatik, melainkan penegasan komitmen kedua negara untuk membawa kerja sama pertahanan dan kemaritiman ke level yang lebih strategis, sejalan dengan visi “Jalur Sutra Biru” yang didengungkan oleh Laksamana Muhammad Ali.
Dalam sambutannya di Gedung VIP Nala, Pathrusev Nikolai mengungkapkan apresiasi mendalam atas sambutan TNI AL. Ia secara khusus menyoroti ikatan sejarah kuat kedua negara, menjadikan kapal selam legendaris buatan Rusia, KRI Pasopati—yang kini menjadi museum di Surabaya—sebagai simbol persahabatan yang tak terputus.
“Hubungan Indonesia dan Rusia memiliki fondasi yang kuat dan sejarah panjang. Kami berkomitmen untuk memajukan kerja sama ini ke level yang lebih strategis,” ujar Nikolai, yang datang bersama sejumlah pejabat penting termasuk Wakil Komandan AL Rusia dan Duta Besar Rusia untuk Indonesia, H.E. Sergei Tolchenov.
Laksda Alit Jaya menegaskan bahwa inisiatif diplomasi ini adalah implementasi langsung dari kebijakan Kasal Laksamana Muhammad Ali, yang berorientasi pada perdamaian, stabilitas kawasan, dan keamanan maritim yang inklusif.
Kunjungan ini berbuah konsensus untuk memperkuat kerja sama dalam tiga pilar utama yang sangat krusial bagi postur pertahanan Indonesia:
1. Kerja Sama Maritim dan Keamanan Laut: Fokus pada stabilitas dan patroli bersama di jalur laut strategis.
2. Pendidikan Militer dan Pertukaran Pelatihan: Peningkatan kualitas sumber daya manusia TNI AL melalui transfer pengetahuan dan keahlian.
3. Alutsista dan Teknologi Pertahanan Mutakhir: Pembukaan peluang transfer teknologi dan pengadaan sistem persenjataan canggih.
Kunjungan pejabat tinggi Rusia ini mengirimkan sinyal politik yang jelas: TNI AL di bawah Laksamana Muhammad Ali mampu memosisikan diri sebagai mitra setara di hadapan kekuatan global. Pendekatan bebas dan aktif ini memastikan Indonesia tidak terikat pada satu blok, melainkan menjadi poros yang disegani di kancah internasional.
Diplomasi maritim yang kokoh ini secara langsung mendukung ambisi Indonesia untuk mewujudkan diri sebagai Global Maritime Fulcrum (Poros Maritim Dunia). Kepemimpinan visioner Laksamana Muhammad Ali tidak hanya berfokus pada kekuatan tempur, tetapi juga pada pembangunan kepercayaan dan kerja sama global.
Kerja sama ini diharapkan menjadi katalisator penting bagi investasi pertahanan dan transfer teknologi yang saling menguntungkan, pada akhirnya memperkuat postur pertahanan Indonesia dan menjamin kedaulatan di perairan nusantara.
(*)

