Jakarta, Teritorial.com – Bank Indonesia (BI) mengungkapkan bahwa adanya pemutusan hubungan kerja (PHK) yang menggila di berbagai insdustri bisa berdampak pada pertumbuhan ekonomi.
Erwin Gunawan Hutapea, Kepala Departemen Pengelolaan Moneter & Aset Sekuritas (DPMA) BI menyatakan bahwa PHK akan memengaruhi daya beli masyarakat.
Pada akhirnya, kondisi ini bisa saja berpengaruh juga terhadap tingkat konsumsi masyarakat.
“Impact-nya akan ke pertumbuhan (ekonomi) ya, karena PHK itu di satu sisi kan akan memengaruhi daya beli, yang ujungnya ke konsumsi (masyarakat),” katanya saat Taklimat Media BI, beberapa waktu lalu.
Ia juga menambahkan, Indonesia saat ini juga menghadapi tantangan di sektor ekspor yang dipicu oleh penerapan kebijakan tarif Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
“Kita sama-sama bersepakat rasanya bahwa perdagangan dunia akan terpengaruh, sehingga ekspor pasti tidak akan mudah,” tuturnya.
Di sisi lain, diversifikasi tujuan ekspor yang dipandang menjadi salah satu strategi untuk menghadapi dinamika ekonomi belakangan juga tidak mudah dilakukan.
Diversifikasi ekspor memerlukan waktu yang tidak cepat.
“Selain negosiasi tarif mengenai tarif yang itu ada implikasinya kepada ekspor, beberapa negara dan kita kan mulai mencoba mencari pasar baru,” jelas Edwin.
Adapun, tekanan pada sektor-sektor di dalam negeri, seperti turunnya angka penjualan dan naiknya beban operasional perusahaan, dapat mendorong PHK terus terjadi. “Pertanyaan ekonominya, korporasi masih mampu tidak dengan sebut saja penjualan yang mulai terpengaruh, masih mampu tidak menahan beban yang ada. Kalau dia tidak mampu kan akan terjadi lay off,” tutup Erwin.
(*)