Etnis Tionghoa Ingin Berperan untuk Bangsa, Bagaimana Caranya ?

0

Jakarta, Teritorial.com – Perhimpunan Indonesia Tionghoa (INTI) menggelar seminar prospek Indonesia 2018 di MGK, Kemayoran, Jakarta Pusat, Sabtu (16/12).INTI merupakan organisasi masyarakat Tionghoa di Indonesia yang didirikan sejak April 1999, dalam acara diskusi tersebut membahas mengenai Prospek Indonesia di Tahun 2018.

Ketua Umum INTI Teddy Sugianto menuturkan, dalam sambutannya menuturkan bahwa INTI adalah organisasi yang bersifat inklusif yang berperan untuk ikut serta dalam proses pembangunan Indonesia. Termasuk ikut merajut tali persatuan bangsa antar sesama etnis dan agama yang ada di Indonesia.

“Saya ingin sebetulnya pemerintah terbuka untuk kita (etnis tionghoa) bisa ikut masuk dan membantu Presiden membangun pemerintahan, tidak hanya aspek bisnis, tapi juga struktuk politik pemerintah,” kata Teddy.

“Kita ini adalah bagian dari Indonesia. Tentu kita bertanggung jawab untuk ikut serta membantu pemerintahan dalam pembangunan-pembangunan baik secara sosial dan ekonomi,” tambahnya.

Selain itu Teddy mengatakan, INTI mencoba untuk bisa tampil secara inklusif di tengah kehidupan sosial masyarakat Indonesia. Dengan cara membuat program-program pembangunan sosial dan ekonomi melalui yayasan-yayasan yang dikelola oleh perhimpunan INTI. “Kita sudah siapkan beberapa program pembangunan melalui beberapa yayasan kami,” ujar Teddy.

Ketua Umum ICMI Jimly Asshiddiqie yang tampil sebagai pembicara mengatakan, masyarakat Tionghoa di Indonesia lebih banyak aktif di dunia bisnis dengan dunia politik.”Ya mereka sangat aktif selama ini di dunia bisnis, di politik selama Orde Baru betul-betul tidak diberi ruang. Ya, akibat positifnya semua sukes di bidang ekonomi, sedang pribumi kebanyakan di politik,” kata Jimly.

Jimly pun mengingkan, adanya sebuah dialog pergaulan yang inklusif, di antara masyarakat Tionghoa dan pribumi. Agar nantinya bisa menjadi sebuah pergaulan pembauran bersama yang akan berdampak juga dalam mengatasi sebuah kesenjangan sosial setiap warga negara.

“Jadi di dunia usaha kalo bisa, misalnya para pebisnis dari Tionghoa partnernya dengan orang Jawa dan jangan sesama Tionghoa. Ini kan penting supaya pegaulan politik juga begitu. Sehingga, pada saatnya nanti kita bisa bersinergi satu dengan yang lainnya sehingga tidak ada kesenjangan, dan kesenjangan ini salah satu yang harus diatasi,” ujar Jimly. (SON)

Share.

Comments are closed.