Jakarta, Teritorial.com – Nusantara Madani di Amerika melaksanakan acara buka puasa bersama (Bukber) dengan tetangga-tetangga sekitarnya. Ada seratusan yang hadir dan menikmati berbagai hidangan ala Indonesia di saat berbuka puasa. Selain tetangga-tetangga sekitar pondok, yang keseluruhannya warga berkulit putih, juga hadir beberapa warga Indonesia dari Boston, New York City dan Connecticut, Sabtu 9 Juni 2018.
Acara buka puasa ini diadakan sebagai bagian dari pengenalan awal rencana pendirian pondok pesantren di kota Moodus, Connecticut. Tujuan lainnya adalah untuk membangun simpati dengan kehadiran pusat komunitas Muslim (Muslim Community Center) di kota Moodus yang cantik, hijau dan tenang.
Pendiri Pondok Pesantren (Ponpes) Nusantara Madani, Imam Shamsi Ali menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tinggi atas penerimaan kehadiran mereka di acara tersebut. “Tapi yang terpenting atas penerimaan mereka di kota Moodus dengan sangat ramah. Saya mengistilahkan dengan “gracious welcoming”.” kata Shamsi Ali dalam siaran pers, Minggu (10/6/2018).
Kata dia, keberadaannya adalah ingin menjadi bagian masyarakat Moodus yang baik. Karena itu dia membuka diri kepada siapa saja yang ingin hadir di lokasi tersebut tanpa sungkan-sungkan berkunjung ke rumah-rumah mereka nantinya.
“Menjelaskan jika Islam itu adalah agama yang menekankan ajarannya kepada aspek kemanusiaan. Maka dalam Islam hanya satu hal yang menjadikan seseorang mulia. Yaitu dengan keyakwaan (righteousness). Dan ketakwaan hanya ditandai oleh kemanisan hati dan keindahan perilaku,” tuturnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, Islam tidak membeda-bedakan manusia atas dasar ras, etnis maupun warns kulit. Semua sama di hadapan Pencipta. Islam memang universal. Tapi sudah bersentuhan dengan aspek sosialnya, Islam akan sangat ditentukan oleh warna budaya masyarakat setempat.
“Saya menekankan bahwa masyarakat Muslim Indonesia memiliki budayanya yang berbeda dari masyarakat Muslim lainnya. Dan karenanya penilaian yang bersifat general (generalisasi) terkadang tidak tepat,” ungkapnya.
Agama dan keyakinan adalah pilihan berdasarkan kesadaran. Dan karenanya agama tidak Mungkin bisa dipaksakan. Kami tidak diajarkan mengkonversi orang menjadi Muslim. Kewajiban kami hanya menyampaikan, dan yang terpenting mempersaksikan apa itu Islam. Masalah orang menerima atau tidak, itu bukan urusan kami,” tambahnya.
Untuk itu dia mengajak semuanya untuk membangun sikap saling memahami, menghormati dan kerjasama. Agama bisa berbeda. Tapi kemanusiaan universal (common humanity) menyatu man semua manusia untuk membangun dunia yang lebih baik.
“Saya juga menyampaikan beberapa rencana ke depan, antara lain Summer Program, pembangunan rumah Ibadah dan perpustakaan. Kita berjanji untuk mempromosikan kota Moodus yang cantik ke dunia luar. Keindahan danaunya, bukit-bukitnya yang hijau, air terjun, dan ragam tempat-tempat menarik mengharuskan kita mempromosikannya,” pungkasnya. (SON)