Jakarta, Teritorial.com – Takwa berasal dari akar kata waqa-yaqi-wiqayatan, infinitif (mashdar)-nya adalah wiqayah yang mengandung arti menjaga, memelihara, melindungi, hati-hati, menjauhi sesuatu, dan takut azab (khasyyah dan al-khauf). Istilah takwa dan yang seakar dengannya terulang 258 kali dalam Alquran.
Ibn Mas’ud (w 32 H) menyebut tak wa kepada Allah adalah taat kepada- Nya dan tidak boleh berbuat maksiat, bersyukur kepada-Nya dan tidak boleh berbuat kekufuran, ingat kepada-Nya dan tidak boleh melupakan-Nya.
Ibadah puasa diperintahkan Allah kepada setiap mukmin agar bisa meraih takwa (QS al-Baqarah [2]: 183). Di antara ciri-ciri takwa itu dijelaskan dalam surah Ali Imran [3]: 15-17. Selama berpuasa, kita berlatih untuk memiliki ciri-ciri takwa tersebut. Pertama, senantiasa berdoa kepada Allah SWT, seperti: “Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah beriman, maka ampunilah segala dosa kami dan peliharalah kami dari siksa neraka.”
Di samping berikhtiar, orang yang bertakwa senantiasa menggantungkan harapannya kepada Allah semata. Mereka menunjukkan identitasnya sebagai mukmin sejati. Dan mereka juga sangat menginginkan balasan surga. Keinginan itu menjadi motivasi untuk tetap beriman dan beramal saleh serta takut berbuat maksiat. Kedua, memiliki sifat sabar (ashshabirin).
Puasa melatih sabar untuk menahan lapar dan dahaga serta se gala sesuatu yang membatal kan nya. Pribadi yang sabar sangat dibutuhkan agar kita tetap taat, dapat mengen dali kan diri untuk tidak bermaksiat, termasuk bertahan dari berbagai problem dan kesulitan hidup. Ketiga, memiliki sifat jujur (ashshadiqin).
Karena keyakinannya pada pengawasan Allah, orang yang berpuasa tidak akan membatalkan puasanya dengan makan dan minum meski ia bisa memastikan tidak seorang pun tahu jika ia berbuka. Kejujuran akan mudah terbentuk jika seseorang yakin sepenuh hati bahwa Allah SWT senantiasa mengawasinya.
Keempat, senantiasa taat kepada Allah (al-qanitin). Untuk melaksanakan ibadah secara kontinu, butuh ke sadaran, kesungguhan, latihan, dan pembiasaan. Ramadhan hadir mem biasakan kita beribadah, seperti sha lat berjamaah, zikir, tadarus, dan ber sedekah. Kebiasaan itu harus tetap dilakukan di luar Ramadhan.
Kelima, menafkahkan harta di jalan Allah (al-munfiqin). Dalam al-Ba qarah (2): 177 juga dijelaskan tentang ciri orang bertakwa yang selalu berbagi pada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan), dan orang-orang yang meminta-minta.
Hal ini mengisyaratkan bahwa orang-orang yang bertakwa memiliki kepe kaan sosial yang tinggi dan solidaritas yang kuat pada sesama. Keenam, senantiasa beristighfar pada waktu sahur (al-mustaghfirin bilashar). Orang yang bertakwa selalu bangun di waktu sahur lalu meman faat kannya untuk beristighfar. Semoga Allah SWT senantiasa membimbing kita untuk tetap istiqamah menjadi orang-orang yang bertakwa. Amin.
Penulis: Muhammad Kosim