Tampilkan Sosok Mirip Jokowi, Pameran Tunggal Yos Suprapto Diberedel

0

Jakarta, Teritorial.com – Yos Suprapto gagal memamerkan sejumlah lukisannya di Galeri Nasional. Pameran yang seharusnya digelar kemarin batal dibuka untuk umum karena pihak galeri memutuskan untuk menutup galeri itu.

Yos mengungkapkan bahwa para pengunjung yang hadir di lokasi terpaksa pulang dengan perasaan kecewa karena gagal masuk ke ruang pamer. Pintu ruang pameran digrendel dan lampu dimatikan oleh pihak Galnas.

Kurator yang ditunjuk Galnas, Suwarno Wisetrotomo, sebelumnya meminta lima dari 30 lukisan dalam pameran untuk diturunkan. Lukisan-lukisan tersebut adalah sejumlah goresan kuas Yos yang menggambarkan sosok mirip Joko Widodo, bekas presiden Indonesia.

“Saya menolak permintaan untuk menurunkan karya saya. Jika lima lukisan itu harus diturunkan, maka saya lebih baik membatalkan pameran ini sepenuhnya,” ujar Yos.

Yos Suprapto lahir di Surabaya dan banyak menghabiskan waktu untuk belajar di Yogyakarta. Dia terlibat sebagai aktivis mahasiswa yang menentang rezim Orde Baru. Saat itu, Yos juga menjadi kontributor majalah bawah tanah independen sebagai ilustrator sampul.

Yos kemudian menyandang gelar PhD bidang Sosiologi Kebudayaan dari Southern James Cook University, North Queensland, Australia. Dia tinggal di sana selama lebih dari 25 tahun. Selain pelukis, dia juga dikenal sebagai ahli pertanian.

Seniman Eros Djarot, yang hadir dalam acara pembukaan pameran itu, menyebut tindakan Galnas sebagai bentuk ketakutan yang berlebihan. Senada Eros, Oscar Motulloh, fotografer profesional dan pengamat seni, menyebut kejadian ini sebagai preseden buruk bagi kebebasan seni di Indonesia.

“Ini adalah pemberedelan pameran seni rupa pertama di era Prabowo Subianto,” kata Oscar.

Ketua DPP PDIP Deddy Yevri Sitorus mengatakan bahwa beredel adalah kebiasaan negara otoriter. Deddy menganggap watak aparatur negara ini kembali ke zaman kolonial dan praktik sebelum reformasi. Deddy mengatakan hanya penjahat politik dan moral yang takut pada karya seni, dan sejarah sudah membuktikan itu di Indonesia.

“Orba is coming back,” kata Deddy.

Sementara Galeri Nasional Indonesia (GNI) memberi penjelasan soal batalnya pameran lukisan tunggal bertajuk Kebangkitan: Tanah untuk Kedaulatan Pangan, itu. Galeri Nasional menyebut kurator lukisan mengundurkan diri.

Share.

Comments are closed.