Purwokerto, Teritorial.com – Pemberian penghargaan setinggi-tingginya bagi para penghafal Alquran, sudah 5 tahun terakhir, Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP), Jawa Tengah, membebaskan biaya semesteran bagi mahasiswanya yang hapal Alquran. Tak hanya itu, mereka yang hafiz Alquran juga mendapatkan uang saku setiap bulannya.
Menurut Wakil Rektor Bidang Pengembangan, Kerja sama, dan Al Islam Kemuhammadiyahan UMP Jebul Suroso, UMP memiliki delapan program beasiswa. Yakni Beasiswa PPA DIKTI KOPERTISVI, beasiswa BIDIKMISI DIKTI, beasiswa PPA & BBM UMP, beasiswa Hafidz Alquran, beasiswa berprestasi, beasiswa Kader Muhammadiyah, beasiswa fakir miskin dan beasiswa yatim.
“Beasiswa bagi hafiz (penghafal) Alquran ini diberikan full untuk pembiayaan termasuk uang saku selama proses studi di UMP dengan catatan mereka (mahasiswa) itu hafal Alquran 30 juz,” katanya di Kantor Pusat UMP, Kamis 31 Mei 2018.
Jebul menambahkan, standar penguatan ilmu keagamaan merupakan ciri khas dalam universitas tersebut. Di kampusnya, para mahasiswa selain memiliki nilai akademik yang tinggi, mereka juga dibina agar menjadi seorang dai, hafiz dan hafizah. “Pelajar yang menuntut ilmu di universitas ini merupakan regenerasi yang disiapkan oleh UMP,” kata Jebul.
Lebih lanjut, Jebul mengatakan, seleksi calon penerima beasiswa hafiz Alquran itu diselenggarakan pada awal masuk kuliah, yakni melalui tes yang dilakukan oleh tim khususnya dari Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Islam. “Kami berharap nanti benar-benar sebanyak mungkin hafiz Al Quran yang terlahir dari UMP,” katanya.
Selanjutnya, kata dia, setiap periode atau semester dilakukan pemonitoran dan evaluasi terhadap mahasiswa yang menerima beasiswa hafiz Al Quran tersebut. “Pengalaman selama ini, dengan mereka (mahasiswa penerima beasiswa) aktif di masjid kami, melakukan kajian, mereka itu tetap mendapatkan beasiswa tersebut,” kata Jebul.
Salah seorang penerima beasiswa hafiz Alquran, Muhammad Afif Muizuddin (21) mengaku senang menerima beasiswa tersebut meskipun setiap semestar harus diuji kembali. “Dengan demikian, saya harus lebih sering mengulang hafalan. Jadi hafalannya tidak hilang. Alhamdulillah dalam angkatan saya,” kata mahasiswa semester 4 Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknik UMP ini.
Terkait dengan upaya menghafalkan Alquran, Afif mengatakan, hal itu dilakukan selama menjadi santri di salah satu Pondok Pesantren Kota Salatiga, yakni membaca satu halaman Alquran setiap subuh dan diulang sebanyak 20 kali.
Menurut dia, pengujian hafalan Alquran itu dilaksanakan dua hari masing-masing 15 juz. “Alhamdulillah saya bisa kuliah di UMP selain dekat dengan rumah juga UMP memberikan kesempatan untuk melanjutkan studi melalui program beasiswa hafidz Quran,” katanya.
Menurut mahasiswa yang aktif di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) ini, memiliki motivasi terbesar dalam menghafal Alquran adalah menjadi Ahlullah. motivasi terbesar dalam menghafal Alquran adalah menjadi Ahlullah.
“Sebagaimana dalam hadist sesungguhnya Allah mempunyai keluarga di antara manusia, para sahabat bertanya, siapakah mereka ya Rasulullah? Rasul menjawab, Para ahli Alquran. Merekalah keluarga Allah dan hamba pilihanNya. Dan motivasi terbesar saya dalam menghafal Alquran adalah memberikan kebaikan untuk kedua orangtua,” ungkapnya.
Afif menuturkan, untuk mendapatkan semua itu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Dia harus melalui proses sangat panjang. “Bukan tanpa cobaan dan godaan. Akan tetapi, saya selalu mengingat motivasi awalnya ketika menghafal Alquran. Motivasi awal itu yang selalu saya ingat ketika mulai merasa malas dalam menghafal,” ungkapnya.
Mahasiswa asal Kembaran Kulon Purbalingga ini memiliki kiat-kiat bagaimana ia bisa menjadi penghafal quran. “Paling utama niat ikhlas karena Allah, selanjutnya fokus dalam menghafal, hindari maksiat, dan tentunya membacanya berulang-ulang minimal 20 kali per ayat,” ungkapnya.
Ia berpesan kepada anak muda untuk kembali menghidupkan masjid. “Zaman sekarang masjid lebih penuh dengan orang-orang tua, sementara yang muda sudah jarang sekali. Serta jangan terlalu intens dengan gawainya (aktifitas),” pungkasnya. (SON)