Hotel Majapahit Saksi Bisu Kepahlawanan Arek-Arek Suroboyo

0

Surabaya, Teritorial.Com – Dikenal dengan sebutan kota Pahlawa, aksi heroik rakyat Surabaya sangat terkait dengan keberadaan Hotel Majapahit . Di depan hotel inilah pertempuran yang paling dikenal. Hotel yang sebelumnya bernama Hotel Oranje dan Hotel Yamato ini menjadi sejarah arek-arek Suroboyo tumpah ketika merobek bendera Belanda pada 19 September 1945.

Namun sedikit orang yang tahu kalau hotel itu merupakan hasil perenungan Sarkies bersaudara. Pedagang asal negara Armenia yang jatuh cinta pada arsitektur kota. Pada 1910, Lukas Martin Sarkies merancang dan mendirikan sebuah hotel yang kental dengan ornamen geometris lewat nama Oranje Hotel. Berbagai pernak-pernik zaman dulu yang mengingatkan pada perjuangan para pahlawan menjadikan hotel ini menjadi cagar budaya yang menjadi simbol Kota Surabaya.

Tak ada yang diubah, jejak sejarah yang dulu pertama kali dibuat oleh Sarkies bersaudara sampai saat ini masih bisa dinikmati. Termasuk kamar yang dijadikan perundingan antara Sudirman dan W.V.Ch Ploegman. Lorong bersejarah dan lokasi perobekan tetap dibiarkan utuh. Masyarakat Surabaya yang waktu itu merangsek naik ke atas untuk merobek bendera, setelah gagalnya perundingan antara Sudirman dan W.V.Ch Ploegman tentang penurunan bendera Belanda masih menjadi cerita heroik di tiap sekolah.

Tempat perobekan bendera dan kamar untuk perundingan tak pernah direnovasi sejak dulu, tapi kondisinya tetap gagah sampai sekarang. Karena banyak warga Surabaya yang merangsek, sekutu Belanda kabur melarikan diri melalui pintu belakang ini yang tembus ke rumah-rumah warga. Dari hotel karya Sarkies bersaudara itu, sejarah panjang terbentuknya aksi heroisme masih membekas sampai saat ini. Sarkies bersaudara, pedagang asal Armenia ternyata memiliki pengaruh dalam pembangunan peradaban di Kota Pahlawan.

Lantai hotel, atap dan ornamen plafon juga tak bisa dipisahkan dari selera Sarkies bersaudara dalam membangun kerajaan bisnisnya saat itu lewat penginapan bagi para pendatang. Duta Besar Republik Armenia untuk Indonesia Dziunik Aghajanian belum lama ini menemui Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini di kantornya menuturkan, Sarkies bersaudara memang seorang saudagar antar negara yang terus melebarkan lini bisnisnya. Mereka orang Armenia yang ulet untuk berdagang.

Sudah sejak lama, katanya, dirinya mencari jejak-jejak Sarkies bersaudara. Termasuk bangunan-bangunan karya mereka yang berkaitan erat dengan orang Armenia yang melancong ke berbagai negara di Asia. Sekitar 300 tahun lalu, katanya, pernah ada komunitas Armenia yang tinggal di Surabaya dan kebanyakan mereka berdagang. Para sejarawan di Armenia juga sempat menjelaskan kalau ada sebuah gereja peninggalan orang Armenia di Kota Surabaya. Namun, lokasi detailnya tidak ada yang tahu. “Sejarah panjang orang-orang Armenia di Surabaya terus dicari dan ditelusuri sampai ke ruang-ruang kecil peradaban,” kata Dziunik.

Hotel Majapahit yang dulunya bernama Oranje juga karya monumental Sarkies bersaudara yang berasal dari Armenia. Hotel bersejarah yang sudah berkali-kali berubah namanya itu dibangun pada 1910 ketika Indonesia masih dijajah oleh Belanda. Kisah Sarkies Bersaudara dan Pengaruhnya Terhadap Peradaban Surabaya Dubes Armenia untuk Indonesia Dziunik Aghajanian saat bertemu Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini

Ia mengaku, apabila semua jejak-jejak bangsa Armenia ditemukan di Surabaya, dia berencana mengajak turis-turis Armenia untuk berkunjung ke Surabaya melihat beberapa peninggalan bangsa Armenia yang ada di Surabaya. Karya arsitektur Sarkies bersaudara juga ingin dikenalkan oleh orang Armenia saat ini. Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menuturkan, sejarah lengkap tentang jejak Sarkies bersaudara yang ada di Surabaya memang ada. Sarkies bersaudara ini mempunyai rumah di Surabaya yang saat ini jadi Tunjungan Plaza 5 (TP 5). Mereka bermukim cukup lama di Surabaya dan memiliki berbagai aset serta peninggalan.

Bahkan, sebuah toko legendaris di Kota Pahlawan yang bernama Toko NAM juga merupakan milik Sarkies bersaudara pada masanya. Sampai saat ini Toko NAM masih berdiri kokoh dengan ornamen klasik yang tak lekang dalam benturan peradaban. “Pintu masuk Toko NAM itu masih ada sampai sekarang dan dijadikan bangunan cagar budaya di Surabaya,” ungkapnya.

Sepak terjang Sarkies bersaudara yang merupakan seorang pedagang ulung dengan kemampuan arsitektur dan seni tinggi meninggalkan banyak kisah di Surabaya. Bangunan yang tercatat sebagai karya monumental masih bisa dinikmati saat ini. Dari sebuah negara kecil bernama Armenia, Sarkies bersaudara telah memberikan banyak sentuhan arsitektur yang indah. Sarkies bersaudara menjadi bagian yang tak bisda dipisahkan dari pembentukan Kota Surabaya dalam lingkar peradaban yang masih dijaga saat ini.

Share.

Comments are closed.