Kupang, Teritorial.Com – Dalam waktu singkat, video Yohanes Ande Gala Marcal alias Joni memanjat tiang bendera dilihat ribuan orang. Anak SMP ini dikagumi karena berkat kecepatan mengambil keputusan dan berani mengambil resiko, maka citra para pemangku kepentingan di Kabupaten Belu, NTT, dan Indonesia terselamatkan.
Keputusan cepat Joni untuk memanjat tiang bendera, adalah respon terhadap pertanyaan Wakil Bupati Belu J.T. Ose Luan, siapa bisa panjat tiang bendera ? Lalu ketika banyak orang belum tahu apa yang mesti diperbuat, dia membuka sepatu dan langsung memanjat, mengambil tali yang menyangkut di puncak tiang. Berhasil !
Mematuhi Perintah
Dalam konteks sebuah organisasi, wakil bupati merupakan atasan. Dia tidak memerintahkan seseorang untuk memanjat, tetapi menawarkan. Joni, sebagai bawahan, dengan sigap memenuhi tawaran pada saat peserta yang hadir pada upacara memperingati Detik-detik Proklamasi itu tidak tahu harus berbuat apa.
Mengapa mau? Joni merasa mampu sebab telah melakukan ‘latihan ‘ fisik setiap hari. Berjalan kaki ke sekolah sejauh dua km. Mencari kayu bakar, memanjat pohon asam serta pohon pinang dan mengambil air. Semua dilakukan di tengah cuaca Desa Silawan, Kecamatan Tasifeto , Kabupaten Belu, NTT yang panas.
Terlatih secara fisik, Joni tak gentar memanjat tiang bendera setinggi 23 meter yang diameternya makin ke atas makin kecil. Dia berhasil sampai ke puncak, menggigit tali dan membawanya. Sukses!
Fenomena Joni menunjukkan ‘latihan’ rutin setiap hari , membuatnya menjadikan orang yang terlatih. Siap dan sanggup melaksanakan kewajiban bila suatu saat tugas memenggil . Sampai di sini, Joni telah memiliki dasar-dasar budaya seorang tentara.
Tinggallah, pelajar kelas 7 SMPN Silawan ini ditambah tanggap, tanggon dan trengginas-nya. Hingga kelak dia menjadi tentara yang benar-benar mumpuni. Memiliki kemampuan tinggi, tetapi juga peduli pada bawahannya. Tidak kaya sendiri.
Meskipun demikian harus disadari, Yohanes Ande Gala Marcal masih harus menempuh jalan yang amat panjang yang tidak akan selalu mulus. Sementara penghargaan yang berlimpah terhadapnya bisa menjadi bumerang yang akan mengubah kebiasaan dan kulturnya.
Joni hadir, ketika masyarakat sepi pahlawan kontemporer. Biarkan dia kembali mencari buah asam, mengambil air, mencari kayu bakar, membantu ayah bertani dan menggembala ternak. Biarkan dia tumbuh secara normal. Ini tugas orang tua dan lingkungannya. Jaga dia!
Peulis: Sjarifuddin Hamid Pemimpin Redaksi Teritorial.Com