TERITORIAL.COM, JAKARTA — Ancaman kesehatan semakin meningkat usai bencana banjir dan tanah longsor yang melanda beberapa wilayah di Indonesia. Para penyintas harus menghadapi risiko wabah ganda yang dipicu oleh lingkungan pasca-bencana. Faktor-faktor ini menciptakan lahan subur bagi penyebaran infeksi.
Epidemiolog Dicky Budiman juga menegaskan bahwa kontaminasi air, buruknya fasilitas sanitasi darurat, dan peningkatan populasi serangga mendorong lonjakan kasus penyakit. Masyarakat perlu mewaspadai setidaknya empat penyakit utama yang selalu mengancam pasca-bencana.
Wabah Leptospirosis Melalui Tikus
Leptospirosis menempati posisi teratas sebagai ancaman pasca-banjir, karena penyakit ini menular melalui air yang tercampur urin tikus atau hewan reservoir lain. Luasnya genangan air juga semakin meningkatkan paparan langsung bakteri kepada manusia.
“Banjir memperluas paparan manusia terhadap urin atau air kencing tikus. Ini yang meningkatkan risiko wabah leptospirosis,” kata Dicky, pada Minggu (6/12).
Infeksi ini menyebabkan demam tinggi, nyeri otot, dan sakit kepala. Oleh karena itu, penanganan cepat sangat berperan penting.
Apabila terlambat, penyakit ini memicu komplikasi fatal seperti gagal ginjal. Masyarakat harus menggunakan alas kaki pelindung saat membersihkan area banjir.
Air Kotor Mendorong Wabah Diare dan Tipes
Dua penyakit yang ditularkan melalui jalur fecal-oral yang menjadi masalah tahunan seperti diare dan demam Tifoid. Diare menyebar dengan cepat karena air bersih yang tercemar kotoran.
Selain itu, keterbatasan toilet darurat juga sering memaksa warga buang air sembarangan, yang mengakibatkan meningkatnya risiko penularan.
“Setiap tahun, peningkatan diare memicu outbreak yang cepat,” kata Dicky.
Selanjutnya, Demam Tifoid (Tipes) juga meningkat tajam karena makanan dan minuman yang terkontaminasi air banjir membawa bakteri Tifoid.
Terlebih lagi, dapur umum di lokasi pengungsian yang kurang higienis semakin memperbesar peluang penyebaran. Tipes akan membuat penderita mengalami demam tinggi berkepanjangan dan gangguan pencernaan.
Genangan Air Mengakibatkan DBD dan Malaria
Selain Leptospirosis, Diare, dan Tipes, Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Malaria juga berpotensi meningkat sekitar satu bulan setelah banjir surut.
Genangan air yang tersisa berfungsi sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti dan Anopheles.
Peningkatan pesat populasi nyamuk ini memastikan penyebaran penyakit di kawasan pengungsian yang padat.
Tindakan Cepat Mengendalikan Bencana Kesehatan
Untuk mengendalikan potensi wabah, tindakan pencegahan harus melibatkan semua pihak. Langkah-langkah yang perlu dilakukan antara lain:
- Pemerintah wajib menjamin ketersediaan air bersih yang aman.
- Relawan perlu menata fasilitas sanitasi darurat secara higienis, sehingga tidak mencemari sumber air.
- Masyarakat harus menerapkan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) secara ketat dan menghindari buang air besar sembarangan.
- Petugas kesehatan perlu mengawasi kebersihan pengolahan dan penyimpanan makanan di dapur umum.
- Keterlibatan semua pihak dalam melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) secara rutin untuk memutus rantai perkembangbiakan nyamuk.
Dengan mengambil langkah-langkah proaktif ini, risiko krisis kesehatan pasca-bencana dapat diminimalisasi.

