TERITORIAL.COM, JAKARTA – Selama ini, menangis identik dengan kesedihan, kekecewaan, atau rasa haru. Jadi, ketika seseorang marah tapi yang keluar malah air mata, cap “cengeng” atau “lemah” seringkali langsung dilabelkan. Padahal, menangis saat amarah meluap adalah respons emosional yang normal, alami, dan bahkan sehat!
Lantas, mengapa tubuh kita merespons gejolak emosi yang kuat seperti amarah dengan linangan air mata, alih-alih dengan teriakan atau tindakan agresif?
1. Amarah Itu Emosi yang Terlalu Kuat
Air mata tidak hanya diproduksi oleh kesedihan. Secara ilmiah, menangis adalah respons tubuh ketika kita merasakan emosi yang sangat intens dan meluap-luap, apa pun bentuk emosinya, bisa bahagia, sedih, atau marah.
Ketika amarah mencapai puncaknya, tubuh kita mengalami perubahan fisiologis yang signifikan, seperti peningkatan detak jantung, tekanan darah, dan produksi hormon stres. Sistem saraf menjadi tegang. Menangis adalah mekanisme pelepasan yang digunakan tubuh untuk mengatasi lonjakan emosi yang luar biasa ini.
2. Ada Rasa Sakit Hati di Balik Amarah
Seringkali, amarah bukanlah emosi tunggal yang kita rasakan. Di bawah permukaan kemarahan, biasanya tersembunyi perasaan mendasar lainnya.
Misalnya saja saat perasaan kita terluka saat seseorang mengecewakan atau mengkhianati kita. Kemudian, bisa juga saat kita merasa tidak berdaya atau tidak didengarkan dan perasaan diperlakukan tidak adil.
Ketika kita mulai mengungkapkan amarah, emosi-emosi dasar yang menyakitkan inilah yang ikut terungkap, dan air mata menjadi “sinyal bahaya” yang menyampaikan rasa sakit tersebut. Air mata lantas menjadi cara termudah untuk mengekspresikan kombinasi rumit dari rasa marah, sakit hati, dan frustrasi yang tidak mampu kita ungkapkan hanya dengan kata-kata.
3. Mekanisme “Menenangkan Diri” Tubuh
Menariknya, menangis ternyata memiliki fungsi menenangkan secara biokimia.
Saat menangis, tubuh melepaskan hormon seperti oksitosin dan prolaktin. Hormon-hormon ini bekerja untuk memperlambat detak jantung dan membantu tubuh kembali ke keadaan yang lebih tenang dan rileks. Selain itu, menangis juga membantu mengatur dan mengontrol napas yang biasanya menjadi pendek dan cepat saat marah.
Singkatnya, air mata saat marah adalah bentuk pertahanan diri alami yang diciptakan tubuh untuk mencegah kita bertindak ceroboh atau agresif, sekaligus menenangkan sistem saraf yang sedang tegang.
Cara Mengelola “Tangisan Amarah”
Karena menangis saat marah adalah reaksi yang wajar, kamu tidak perlu malu atau merasa bersalah. Namun, jika kamu ingin memiliki kendali lebih baik, terutama saat berada di tempat umum, ada beberapa teknik sederhana yang bisa dicoba:
- Teknik Pernapasan Dalam: Saat rasa marah mulai memuncak dan mata terasa panas, segera berhenti. Tarik napas dalam-dalam melalui hidung, tahan beberapa detik, lalu embuskan perlahan melalui mulut. Ulangi beberapa kali. Ini akan membantu menurunkan detak jantung dan menenangkan sistem saraf.
- Alihkan Fokus (Grounding): Coba fokuskan perhatian kamu pada hal-hal non-emosional di sekitar kamu (misalnya, hitung jumlah bingkai foto di dinding, perhatikan warna pakaian lawan bicara, atau pegang erat sebuah benda). Ini akan mengalihkan otak dari emosi yang intens.
- Tulis dalam Jurnal: Jika situasinya memungkinkan, menjauhlah sejenak dan tuangkan semua amarah dan air mata kamu dalam tulisan. Menuliskan emosi dapat membantu kamu melihat situasi dengan lebih jernih dan mengelola perasaan yang tidak terungkap.
Menangis saat marah bukanlah tanda kelemahan, melainkan cara tubuh kamu merespons emosi yang terlalu kuat dan kompleks. Ini adalah mekanisme alami untuk melepaskan tekanan dan membantu kamu pulih. Jadi, jangan merasa “cengeng,” akui dan validasi perasaan tersebut sebagai bagian normal dari menjadi manusia.
Jadi, kamu termasuk orang yang mudah menangis saat marah? Kira-kira emosi apa yang paling sering tersembunyi di balik air mata amarah kamu nih?
(*)