TERITORIAL.COM, JAKARTA — Insiden tragis yang menimpa dua peserta di kategori 15 kilometer dalam ajang Siksorogo Lawu Ultra 2025 memicu perhatian serius terhadap risiko kematian mendadak dalam olahraga lari.
Pada awalnya, banyak pelari menganggap aktivitas ini aman, namun lari jarak jauh, khususnya ultra maraton, menyimpan potensi bahaya tersembunyi yang menuntut kewaspadaan tinggi dari para partisipan.
Risiko Henti Jantung
Faktanya, dr. Iwan Wahyu Utomo, seorang Ahli Ilmu Faal Olahraga Klinis, menjelaskan bahwa henti jantung mendadak (SCA) merupakan penyebab utama yang sering merenggut nyawa pelari di lintasan.
Banyak individu merasa sehat karena tidak menunjukkan gejala, padahal mereka memiliki masalah jantung seperti aritmia atau penyempitan pembuluh darah yang belum terdiagnosis.
Dr. Iwan menggarisbawahi bahwa ketika jantung dipaksa bekerja melebihi kapasitas, risiko henti jantung meningkat.
“Kalau golden time pertolongan terlewat, peluang selamatnya sangat kecil,” kata Iwan.
Hal ini menjadikan pemeriksaan kesehatan menyeluruh sebagai langkah preventif yang krusial sebelum memutuskan berlaga di medan ekstrem.
Dehidrasi, Cuaca, dan Peringatan
Selain masalah jantung, dehidrasi dan cuaca ekstrem memperburuk risiko fatal. Lari jarak jauh menyebabkan tubuh kehilangan banyak cairan dan elektrolit.
Selain itu, kekurangan cairan yang parah mengganggu kestabilan irama jantung dan fungsi organ vital lainnya. Dr. Iwan mengingatkan keras agar pelari tidak mengabaikan batas tubuh.
“Dehidrasi berat bisa memengaruhi kestabilan jantung dan fungsi organ lain. Pelari sering merasa ‘masih kuat’ padahal tubuhnya sudah lampu merah,” jelasnya.
Tak hanya itu, faktor cuaca juga memainkan peran besar, seperti hujan deras dan dingin di Lawu.
“Cuaca ekstrem, baik panas atau dingin, memaksa tubuh bekerja dua kali lipat untuk menjaga suhu. Dampaknya bisa sangat signifikan bagi pelari,” kata Iwan.
“Kalau muncul gejala itu, stop segera. Lebih baik kehilangan satu race daripada kehilangan nyawa,” tegasnya.
Kesiapan Medis dan Ketaatan pada Batas Diri
Tragedi Siksorogo Lawu Ultra mengajarkan kita bahwa kesiapan fisik sejati menuntut lebih dari sekadar latihan.
Oleh karena itu, setiap pelari yang berencana mengikuti kompetisi intens perlu menjalani pemeriksaan kesehatan komprehensif, terutama evaluasi jantung.
Apabila seseorang sedang tidak fit atau baru sembuh dari sakit sebaiknya menunda lari intens sampai kondisi benar-benar pulih.
Intinya, lari bukan hanya tentang ketahanan, tetapi juga tentang pengenalan dan penghormatan terhadap batas-batas tubuh yang telah ditetapkan oleh kondisi medis tersembunyi.

