TERITORIAL.COM,JAKARTA – Seiring bertambahnya usia, banyak orang mulai menyadari bahwa lingkaran pertemanan mereka semakin mengecil. Jika saat muda kita gemar berkenalan dengan banyak orang baru, di usia yang lebih matang kita justru cenderung memilih untuk menghabiskan waktu bersama sahabat dekat yang sudah lama dikenal. Fenomena ini bukan sesuatu yang tidak wajar, melainkan bagian dari perubahan cara pandang dan prioritas hidup.
Berbagai riset menunjukkan bahwa persahabatan memiliki pengaruh besar terhadap kesehatan mental maupun fisik seseorang. Menurut sejumlah studi, interaksi rutin dengan teman dekat di usia lanjut dapat meningkatkan kebahagiaan bahkan lebih besar dibanding interaksi dengan anggota keluarga.
Persahabatan dinilai lebih ringan, menyenangkan, dan tidak banyak tuntutan dibandingkan hubungan keluarga yang sering kali dituntut berbagai kewajiban.
Alexandra Thompson, peneliti kesehatan mental dari Universitas Newcastle, Inggris, mengatakan bahwa persahabatan menghadirkan manfaat yang berbeda dibandingkan hubungan keluarga. “Hubungan keluarga bisa terasa tegang karena adanya kewajiban. Sementara persahabatan tumbuh dari kemiripan karakter, sehingga lebih mudah menghadirkan suasana hati positif,” ujarnya.
Katherine Fiori, profesor psikologi dari Universitas Adelphi, New York, menjelaskan bahwa orang dewasa yang lebih tua memang secara sadar dan sengaja mengecilkan jejaring sosial mereka. Berbeda dengan anak muda yang sibuk memperluas pergaulan, orang yang lebih berumur lebih selektif dalam memilih teman.
“Seiring bertambahnya usia, perspektif seseorang tentang masa depan ikut berubah. Mereka lebih fokus pada tujuan sosio-emosional dan cenderung menghabiskan waktu bersama orang yang benar-benar mengenal mereka dengan baik,” katanya.
Fenomena ini dikenal sebagai teori selektivitas sosio-emosional. Anak muda melihat masa depan mereka luas sehingga terdorong membangun jaringan baru. Sementara orang tua memprioritaskan kebersamaan dengan orang-orang terdekat agar sisa waktu yang mereka miliki lebih bermakna. Mereka juga cenderung lebih pemaaf dan positif terhadap sahabat-sahabat yang dipilihnya.
Kualitas Bukan Kuantitas
Menariknya, hal demikian tidak hanya berlaku pada orang tua saja. Studi tahun 2016 menunjukkan bahwa ketika anak muda menyadari betapa terbatasnya waktu hidup, mereka juga mulai mengubah strategi sosialnya dari yang luas menjadi lebih terfokus pada hubungan dekat dan positif.
Alexandra Thompson menegaskan, kunci dari persahabatan yang sehat adalah kualitas, bukan kuantitas. “Bukan berarti makin banyak teman kita makin bahagia atau makin sehat. Yang penting adalah memiliki pengalaman dan minat yang sama sehingga hubungan terasa bermakna,” ujarnya.
Pentingnya Menjaga Sahabat di Segala Usia
Membangun dan merawat persahabatan adalah investasi jangka panjang. Sahabat yang baik tidak hanya menjadi teman berbagi cerita, tetapi juga berperan besar menjaga kesehatan mental, mengurangi stres, bahkan memperpanjang harapan hidup.
Di tengah kesibukan dan tuntutan hidup yang kerap membuat stress, memilih untuk tetap terhubung dengan teman dekat adalah salah satu cara menjaga keseimbangan emosional. Bagi mereka yang masih muda, tidak ada salahnya mulai lebih selektif dan menghargai kualitas hubungan. Sementara bagi yang lebih dewasa, menjaga lingkaran sahabat yang ada bisa menjadi sumber kebahagiaan jangka panjang.