Jakarta, Teritorial.com – Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI) bersama Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia (PERABOI) dan Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia (PDKI) mengadakan pelatihan dua hari bertajuk “Peran Dokter Keluarga dalam Pendampingan Pasien Kanker Payudara” di Kampus London School of Public Relations (LSPR) Jakarta, pada 25–26 Juli 2025.
Kegiatan ini dilaksanakan untuk meningkatkan kapasitas dokter keluarga sebagai garda terdepan dalam deteksi dini dan pendampingan pasien kanker payudara.
Ketua Umum YKPI, Linda Agum Gumelar, menegaskan pentingnya peran dokter keluarga dalam perjalanan pasien.
“Bapak/Ibu dokter keluarga adalah orang pertama yang ditemui pasien. Anda tahu riwayat kesehatannya, bahkan sisi emosionalnya. Di tangan Anda, bukan hanya diagnosis, tapi harapan pertama pasien dimulai,” ujar Linda melalui keterangan tertulis, Selasa (29/7).
Linda juga mengajak seluruh lintas sektor untuk berkolaborasi dalam hal ini.
“Dengan sinergi antara yayasan, pemerintah, rumah sakit, dan dokter keluarga, kita bisa membangun sistem pendampingan yang komprehensif dan penuh empati,” tegasnya.
Dukungan juga datang dari Founder & CEO LSPR, Dr. (H.C) Prita Kemal Gani, yang berbagi pengalaman pribadinya mendampingi ibunya sebagai penyintas kanker payudara.
“Komunikasi yang baik antara dokter, pasien, dan keluarga sangat penting. Bahkan kabar buruk pun bisa disampaikan dengan cara yang memberi harapan,” tuturnya.
Menurut data Globocan 2020, terdapat 68.858 kasus baru kanker payudara di Indonesia, dengan 70% pasien terdiagnosis pada stadium lanjut. Pelatihan ini menekankan pentingnya SADARI (periksa payudara sendiri) dan SADANIS (pemeriksaan klinis), serta pendampingan berkelanjutan oleh dokter keluarga.
“Dokter keluarga bukan hanya mitra medis, tapi mitra emosi. Mereka berada di sisi pasien dari awal diagnosis hingga pemulihan,” tegas Linda.
Pelatihan yang diikuti 40 dokter keluarga ini membahas aspek medis, psikologis, dan komunikasi efektif.
YKPI berharap kegiatan ini mampu memperkuat layanan primer, menumbuhkan budaya deteksi dini, serta membangun pendampingan yang empatik dan berkelanjutan bagi pasien kanker payudara di Indonesia.
(*)
