Jakarta, Teritorial.Com – Bentuk kepedulian terhadap lingkungan terutama wilayah peraian kelautan Indonesia, Universitas Negeri Balikpapan dan PT Slickbar Indonesia berkolaborasi mengadakan Simposium Internasional Lingkungan Kelautan dengan tema besar “Mendukung Kelestarian Laut Indonesia Menjunjung Martabat Bangsa”.
Simposium internasional yang digelar dihadiri oleh banyak kalangan akademisi, praktisi, pejabat pemerintah, penggiat lingkungan serta perwakilan dari 15 negara bertempat di Hotel Fairmont Senayan Jakarta, Rabu (28/11/2018) dihadiri oleh sekitar 600 orang. Simposium ini mengambil peristiwa tumpahan minyak di Balikpapan terjadi pada hari Sabtu, 31 Maret 2018 lalu, sebagai pembahasan utama. Kejadian ini menyebabkan perairan Teluk Balikpapan tercemar minyak mentah dan terdapat korban jiwa dalam peristiwa ini.
Dimana pipa bawah laut milik Pertamina Refinary Unit V yang berdiameter 20 inci dengan ketebalan 12 milimeter di kedalaman 25 meter dilaporkan patah dan bergeser hingga 120 meter dari posisi awal, karena tertarik jangkar kapal MV Judger yang bersandar di area berbahaya di kawasan Teluk Balikpapan tersebut. Kasus tumpahan minyak di teluk Balikpapan merupakan peristiwa luar biasa berharga bagi pemerintah Indonesia terutama para perusahaan yang terlibat dalam kasus ini. Terdapat 5 orang meninggal dunia, tidak kurang dari 40 ribu barel tersebut mengakibatkan pencemaran di sepanjang pantai Teluk Balikpapan dan mengakibatkan matinya berbagai.
Setidaknya menurut data BNPB luas wilayah tercemarh hingga 12.987 hektare, termasuk wilayah perumahan penduduk pinggiran pantai kota Balikpapan. Masyarakat sekitar mengalami kerugian para petambak udang di Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur mengalami kerugian cukup besar. Nelayan juga sempat tidak bisa mencari ikan ke laut hingga berhari-hari akibat tumpahan minyak tersebut. Peristiwa ini memiliki dampak ekonomi luar biasa bagi masyarakat maupun negara.
Ketua Panitia Simposium, Bayu Satya mengatakan kejadian tumpahan minyak di Teluk Balikpapan menjadi studi kasus yang menarik dibahas dalam sebuah simposium edukatif sebagai sarana pembelajaran anak bangsa di masa depan. “Kenapa simposium diselenggarakan oleh Universitas Negeri Balikpapan dan PT Slickbar Indonesia? Kejadiannya memang di Teluk Balikpapan dan sangat dekat dengan lokasi Kampus Universitas Negeri Balikpapan,” kata dia.
Sedangkan, PT Slickbar Indonesia, tambahnya, merupakan salah satu perusahaan nasional yang memproduksi peralatan penanggulangan tumpahan minyak dimana peralatannya digunakan dalam pembersihan minyak di Teluk Balikpapan yang mendapat sorotan secara nasional maupun internasional tersebut. “Cara penangannya juga dinilai pantas dipertanyakan karena belum sepenuhnya mengacu kepada peraturan yang berlaku dalam hal penanggulangan tumpahan minyak seperti Peraturan Menteri Perhubungan No 58 Tahun 2018,” lanjut Bayu.
Kasus tumpahan minyak banyak terjadi di wilayah perairan, terutama pelabuhan laut maupun di sekitar areal eksplorasi tambang minyak. Apalagi Indonesia merupakan jalur pelayaran yang dikenal dengan Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) seperti Selat Malaka, Selat Sunda, Selat Lombok dan lain-lain, di mana sering dilalui kapal tanker maupun kapal barang, sehingga kalau terjadi musibah seperti tabrakan kapal berpotensi menimbulkan tumpahan minyak.
Di Indonesia sendiri terdapat aktivitas eksplorasi minyak dan gas bumi. Banyak perusahaan migas, puluhan, bahkan ratusan perusahaan yang bergerak di bidang eksplorasi migas. Belum lagi kegiatan pengolahan dan transportasi maupun distribusi migas di mana di setiap tahapan ada potensi besar kemungkinan terjadinya kasus tumpahan minyak dan gas.
Setiap perusahaan yang melakukan kegiatan pelabuhan juga diwajibkan mempunyai Peralatan pananggulangan tumpahan minyak, menurut Peraturan Menteri Perhubungan no 58. Acara simposium internasional ini menurut rencana dihadiri oleh Presiden Republik Indonesia Bapak Ir Joko Widodo, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi serta pejabat terkait lainnya.