Jakarta, Teritorial.com – Setelah berakhirnya bulan Rajab, kini kita sudah berada pada bulan Sya’ban 1445 H. Pada bulan yang menjadi penanda akan segera tibanya bulan Ramadhan ini, ada banyak keutamaan dan peristiwa penting yang pernah terjadi dalam sejarah Islam.
Meski begitu, karena keberadaannya diapit oleh dua bulan mulia, yaitu Rajab dan Ramadhan, maka keutamaan di bulan Sya’ban sering dilupakan atau terabaikan. Seperti sabda Rasulullah berikut:
ذاكَ شهر تغفل الناس فِيه عنه ، بين رجب ورمضان ، وهو شهر ترفع فيه الأعمال إلى رب العالمين، وأحب أن يرفع عملي وأنا صائم — حديث صحيح رواه أبو داود النسائي
Artinya: Bulan Sya’ban adalah bulan yang biasa dilupakan orang, karena letaknya antara bulan Rajab dengan bulan Ramadhan. Bulan Sya’ban adalah bulan diangkatnya amal-amal. Karenanya, aku menginginkan pada saat diangkatnya amalku, aku dalam keadaan sedang berpuasa (HR Abu Dawud dan Nasa’i).
Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan pengakuan Aisyah, bahwa Rasulullah saw tidak pernah berpuasa (sunnah) lebih banyak daripada ketika bulan Sya’ban. Riwayat ini kemudian mendasari kemuliaan bulan Sya’ban di antara bulan Rajab dan Ramadhan.
Pada bulan ini, sungguh Allah banyak sekali menurunkan kebaikan-kebaikan berupa syafaat (pertolongan), maghfirah (ampunan), dan itqun min adzabin naar (pembebasan dari siksaan api neraka).
Keistimewaan bulan ini juga terletak pada pertengahannya yang biasanya disebut sebagai Nisfu Sya’ban. Istilah Nisfu Sya’ban berarti hari atau malam pertengahan bulan Sya’ban atau tanggal 15 Sya’ban.
Kaum Muslimin meyakini bahwa pada malam ini, dua malaikat pencatat amalan keseharian manusia, yakni Raqib dan Atid, menyerahkan catatan amalan manusia kepada Allah swt, dan pada malam itu pula buku catatan-catatan amal yang digunakan setiap tahun diganti dengan yang baru.
Seperti telah disebutkan di awal, selain memiliki keutamaan, ada sejumlah peristiwa penting yang terjadi pada bulan Sya’ban. Setidaknya ada tiga peristiwa penting, dilansir dari Teritorial.com.
Pertama, peralihan kiblat.
Peralihan kiblat yang dimaksud adalah dari Masjidil Aqsha ke Masjidil Haram. Menurut Al-Qurthubi ketika menafsirkan Surat Al-Baqarah ayat 144 dalam kitab Al-Jami’ li Ahkamil Qur’an dengan mengutip pendapat Abu Hatim Al-Basti mengatakan, Allah memerintahkan Nabi Muhammad saw untuk mengalihkan kiblat pada malam Selasa bulan Sya’ban yang bertepatan dengan malam Nisfu Sya’ban.
Peralihan kiblat ini merupakan suatu hal yang sangat ditunggu-tunggu oleh Nabi Muhammad saw. Bahkan disebutkan, Nabi Muhammad saw berdiri menghadap langit setiap hari menunggu wahyu turun perihal peralihan kiblat itu seperti Surat Al-Baqarah ayat 144 berikut:
قَدْ نَرَى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ
Artinya: Sungguh Kami melihat wajahmu kerap menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkanmu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram.
Kedua, penyerahan rekapitulasi keseluruhan amal kepada Allah swt.
Pada bulan ini semua amal kita yang telah dicatat oleh malaikat diserahkan kepada Allah swt. Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki mengutip sebuah hadits riwayat An-Nasa’i yang meriwayatkan dialog Usamah bin Zaid dan Nabi Muhammad saw: Wahai Nabi, aku tidak melihatmu berpuasa di bulan-bulan lain sebagaimana engkau berpuasa di bulan Sya’ban
Kemudian Rasulullah saw menjawab, “Banyak manusia yang lalai di bulan Sya’ban. Pada bulan itu semua amal diserahkan kepada Allah swt. Dan aku suka ketika amalku diserahkan kepada Allah, aku dalam keadaan puasa.”
Penyerahan amal yang dimaksud dalam hal ini adalah penyerahan seluruh rekapitulasi amal kita secara penuh. Meski menurut Sayyid Muhammad Alawi, ada beberapa waktu tertentu yang menjadi waktu penyerahan amal kepada Allah selain bulan Sya’ban, yaitu setiap siang, malam, setiap pekan.
Ada juga beberapa amal yang diserahkan langsung kepada Allah tanpa menunggu waktu-waktu tersebut, yaitu catatan amal shalat lima waktu.
Ketiga, diturunkannya ayat tentang anjuran shalawat untuk Rasulullah saw.
Pada bulan Sya’ban juga diturunkan ayat anjuran bershalawat untuk Nabi Muhammad saw, yaitu Surat Al-Ahzab ayat 56.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
Artinya: Sungguh Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, shalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. Ibnu Abi Shai Al-Yamani mengatakan, bulan Sya’ban adalah bulan shalawat. Karena pada bulan itulah ayat tentang anjuran shalawat diturunkan.
Demikianlah penjelasan tentang keutamaan di bulan Sya’ban dan peristiwa penting yang pernah terjadi dalam sejarah Islam. semoga kita dapat mengambil hikmahnya, dan makin baik dalam mempersiapkan diri dalam menyambut Ramadhan.