Sanaa, Teritorial.com- Mantan Presiden Yaman, Ali Abdullah Saleh, dikabarkan tewas dalam serangan yang dilakukan oleh kelompok pemberontak Houthi pada Senin (4/12) di ibu kota Sanaa, Yaman. Dilansir dari kantor berita cnn.com, serangan bom oleh Houthi memang sengaja ditujukan kediaman mantan presiden Abdullah Saleh. Serangan ini berpangkal pada ketidakpuasan para pemberontakan Houthi terhadap putusan Saleh yang secara pihak mengakhiri hubungan dengan Houthi di tengah gempuran pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi.
Saleh yang memerintah Yaman selama 22 tahun dari tahun 1990 hingga 2012, sebelumnya merupakan sekutu dari Houthi yang berhasil menguasai sebagian besar wilayah Yaman termasuk ibu kota Sanaa. Namun, Sabtu lalu, dalam sebuah siaran televisi, Saleh menyatakan telah memutus hubungan dengan Houthi. Houthi disebutnya sebagai musuh negara dan Saleh meminta para pengikutnya agar mengabaikan semua perintah dari Houthi. Akibat dari pernyataan ini, Houthi menyatakan bahwa Saleh telah melakukan kudeta dan bersumpah akan terus melanjutkan penyerangan.
Dalam sebuah Video, Saleh tewas dalam keadaan luka parah dengan tubuh yang terbungkus oleh selimut.Konfrimasi yang didapat Saleh tewas akibat ditembak mati oleh militan Houthi setelah dia melarikan diri dari Sanaa. Partai Kongres Rakyat Umum (General People’s Congress Party) yang merupakan pendukung Saleh, mengonfirmasi kematian politikus berusia 75 tahun tersebut disebabkan oleh para pemberontak.
“Dia menjadi martir dalam membela republik ini,” kata Fariqa al-Sayyid, salah seorang pemimpin partai. Sayyid mengatakan, Saleh dan pejabat tinggi partai lainnya ditembaki oleh Houthi ketika tengah melarikan diri dari Sanaa. Seorang sumber militer mengatakan, saat itu rombongan Houthi tengah berkonvoi dengan empat mobil di sekitar 40 kilometer dari selatan Sanaa. Rombongan tersebut lalu berhenti dan menembak mati Saleh dan dua pejabat senior partai.
Diperkirakan dalam aksi terror tersebut, lebih dari 100 orang tewas akibat baku tembak yang terjadi di Sanaa sejak pekan lalu. Data Palang Merah Internasional (ICRC) menyebut pertempuran Sanaa telah menelan 125 korban jiwa dan 238 korban luka. Sementara itu, Presiden Yaman yang diakui secara internasional, Abd-Rabbu Mansour Hadi, terpaksa melarikan diri ke Arab Saudi karena pemberontakan yang dilakukan oleh Houthi.
Meski begitu, pemerintah tetap memerintahkan untuk merebut kembali ibu kota dari tangan para pemberontak. “Presiden telah memerintahkan Wakil Presiden Ali Mohsen al-Ahmar, yang berada di Marib (sebelah timur Sanaa), untuk mengaktifkan unit militer dan maju ke ibu kota,” kata seorang pejabat yang enggan disebutkan namanya ke AFP. Sumber dari militer dan pemerintah mengatakan, tentara akan maju ke Sanaa dari wilayah timur dan timur laut, dengan setidaknya menerjunkan tujuh batalyon.
Pemerintah Yaman juga memberikan penawaran amnesti kepada para pendukung Saleh yang ikut berpisah dari Houthi “Presiden akan segera mengumumkan amnesti umum untuk semua orang yang bekerja sama dengan Houthi dalam beberapa tahun terakhir dan memutuskan aliansi (dengan Houthi) tersebut,” kata Perdana Menteri Ahmad Obeid bin Daghr. Aliansi Saleh-Houthi telah berlangsung sejak awal tahun 2014, ketika keduanya mengakhiri permusuhan selama puluhan tahun dan bergabung untuk merebut Sanaa dari pemerintahan Presiden Hadi. Arab Saudi yang mendukung pemerintahan Hadi, turut terlibat dalam pusaran konflik dan menuduh Iran telah menjadi penyokong pemberontak Houthi.(Son)