Jakarta, Teritorial.com – Amerika Serikat akhirnya turun tangan, bergabung dengan Israel dalam melancarkan serangan masif ke jantung pertahanan Iran.
Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump ancam bantu Israel jika Iran tak hentikan serangan. Namun ancaman itu dibabaikan Presiden Iran, Masoud Pezeshkian.
Kini, Donald Trump pun turun bantu Israel. Langit Timur Tengah membara, AS dan Israel gempur Iran. Krisis di Timur Tengah kian memuncak. Ledakan demi ledakan mengguncang bumi Persia.
Serangan Israel belum juga mereda, terus menghujani fasilitas militer dan nuklir milik Iran. Dentuman rudal dan raungan jet tempur mencabik keheningan malam.
Tak tinggal diam, Iran pun membalas dengan garang.
Puluhan drone tempur dilepaskan, melesat menuju wilayah udara Israel, membawa pesan perlawanan dari negeri para Mullah.
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, melalui akun media sosial X miliknya, @realDonaldTrump, pada Minggu (22/6/2025) waktu Indonesia Barat, mengumumkan dengan penuh kebanggaan: pasukan AS telah menghantam tiga fasilitas nuklir utama milik Iran—Fordow, Natanz, dan Isfahan—dengan serangan yang diklaimnya “sangat berhasil.”
“Serangkaian bom presisi tinggi telah dijatuhkan ke Fordow, pusat nuklir utama Iran,” tulis Trump.
Ia juga menegaskan bahwa seluruh pesawat tempur AS kini telah keluar dari wilayah udara Iran. Namun di balik nada kemenangannya, Trump menyelipkan satu pesan yang mengejutkan dunia: “Sudah waktunya untuk perdamaian.”
Apakah ini tanda berakhirnya konflik? Atau justru awal dari perang yang lebih besar?
Berikut cuitan Donald Trump:
We have completed our very succesful attack on the three Nuclear sites in Iran, including Fordow, Natanz, and Esfahan. All planes are now outside of Iran air space. A full payload of BOMBS was dropped on the primary site, Fordow. All planes are safely on their way home.
Congratulations to our great American Warriors.
There is not another military in the World that could have done this.
NOW IS THE TIME FOR PEACE! Thank you for your attention to this matter.
Terjemahan:
“Kami telah menyelesaikan serangan yang sangat berhasil terhadap tiga situs nuklir di Iran, termasuk Fordow, Natanz, dan Esfahan. Semua pesawat sekarang berada di luar wilayah udara Iran.”
“Serangkaian penuh BOM dijatuhkan di lokasi utama, Fordow. Semua pesawat dalam perjalanan pulang dengan selamat. Selamat kepada Prajurit Amerika kita yang hebat. Tidak ada militer lain di dunia yang dapat melakukan ini. SEKARANG WAKTUNYA UNTUK PERDAMAIAN! Terima kasih atas perhatian Anda terhadap masalah ini.”
Menurut update terbaru, dikutip dari Al Jazeera, Donald Trump menyebut dirinya akan menyampaikan pidato pada pukul 10 malam waktu setempat di Washington, DC.
Sebelumnya, pada Selasa (17/6/2025) lalu, Donald Trump telah menegaskan dalam unggahan media sosial bahwa “IRAN harus menyerah tanpa syarat.”
Terlepas dari ultimatum ini, otoritas Iran telah berjanji bakal tetap melakukan pembalasan keras terhadap serangan AS selama beberapa minggu terakhir.
Ancaman tersebut mencakup serangan terhadap pangkalan dan kepentingan AS di wilayah Timur Tengah dan penutupan Selat Hormuz, yang menjadi jalur distribusi 20 persen minyak dunia.
Iran bersumpah
Iran bersumpah serang balik AS setelah diserang pada Minggu 22 Juni 2025, dini hari.
AS serang program nuklir Iran di tiga lokasi.
“Setiap warga negara Amerika atau personel militer di kawasan itu sekarang menjadi sasaran,” kata seorang komentator di media pemerintah Iran.
“Perang dimulai sekarang juga”, Korps Garda Revolusi Islam (IRGC), cabang militer utama Teheran, mengatakan pada Ahad dini hari seperti dilansir Euronews.
Sebelum serangan, para pemimpin Iran berulang kali memperingatkan akan adanya pembalasan jika serangan itu terjadi.
“Semua pangkalan AS berada dalam jangkauan kami. Kami akan dengan berani menargetkan mereka,” kata Menteri Pertahanan Iran Aziz Nasirzadeh pada 11 Juni.
Hal ini semakin meningkatkan apa yang telah menjadi pertukaran serangan rudal, pesawat tak berawak oleh Iran dan Israel sejak Jumat lalu.
Sekarang meningkat melampaui konflik menjadi perang besar-besaran di Timur Tengah.
Hak Nuklir Kami Tidak Dapat Dirampas Lewat Ancaman ataupun Perang
Presiden Iran Masoud Pezeshkian menegaskan hak Iran untuk menjalankan program nuklir untuk kepentingan sipil tidak dapat dirampas oleh perang ataupun ancaman.
“Iran selalu menyampaikan bahwa mereka siap memberikan jaminan dan membangun kepercayaan dalam kegiatan nuklir damai mereka dalam kerangka hukum internasional,” kata Pezeshkian kepada Presiden Prancis Emmanuel Macron melalui pembicaraan via telepon seperti dikutip kantor berita resmi Iran, IRNA.
“Hak-hak yang diberikan kepada negara dan bangsa oleh hukum internasional tidak dapat dirampas dari mereka oleh ancaman atau perang,” kata Pezeshkian.
Kementerian Kesehatan Iran menyebutkan, serangan Israel terhadap Iran telah menewaskan lebih dari 400 orang sejak dimulai minggu lalu, saat pertempuran berkecamuk antara kedua musuh bebuyutan itu.
“Hingga pagi ini, serangan Israel telah merenggut nyawa lebih dari 400 warga Iran yang tak berdaya dan menyebabkan 3.056 lainnya terluka oleh rudal dan pesawat tak berawak,” kata juru bicara kementerian kesehatan Hossein Kermanpour dalam sebuah posting di media sosial X.
Israel mengklaim pada hari Sabtu bahwa mereka telah menunda program nuklir Iran setidaknya dua tahun, sehari setelah Presiden AS Donald Trump memperingatkan bahwa Teheran memiliki “waktu maksimum” dua minggu untuk menghindari kemungkinan serangan udara Amerika.
Trump telah mempertimbangkan apakah akan melibatkan Amerika Serikat dalam kampanye pengeboman Israel, mengindikasikan dalam komentar terbarunya bahwa ia dapat mengambil keputusan sebelum batas waktu dua minggu yang ia tetapkan minggu ini.
Israel mengatakan pada hari Sabtu bahwa angkatan udaranya telah meluncurkan serangan udara baru terhadap lokasi penyimpanan dan peluncuran rudal di Iran tengah, karena terus melancarkan gelombang serangan yang katanya ditujukan untuk mencegah saingannya mengembangkan senjata nuklir — sebuah ambisi yang dibantah Teheran.
“Menurut penilaian yang kami dengar, kami telah menunda setidaknya dua atau tiga tahun kemungkinan bagi mereka untuk memiliki bom nuklir,” kata menteri luar negeri Israel Gideon Saar dalam sebuah wawancara yang diterbitkan pada hari Sabtu.
Saar mengatakan serangan gencar Israel selama seminggu akan terus berlanjut. “Kami akan melakukan semua yang dapat kami lakukan di sana untuk menghilangkan ancaman ini,” katanya kepada surat kabar Jerman Bild.
Para diplomat tinggi dari Inggris, Prancis, dan Jerman bertemu dengan mitra mereka dari Iran, Abbas Araghchi, di Jenewa pada hari Jumat dan mendesaknya untuk melanjutkan perundingan dengan Amerika Serikat yang telah digagalkan oleh serangan Israel.
Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Noel Barrot mengatakan “kami mengundang menteri Iran untuk mempertimbangkan negosiasi dengan semua pihak, termasuk Amerika Serikat, tanpa menunggu penghentian serangan, yang juga kami harapkan.”
Namun Araghchi mengatakan kepada NBC News setelah pertemuan tersebut bahwa “kami tidak siap untuk bernegosiasi dengan mereka [Amerika Serikat] lagi, selama agresi terus berlanjut.”
Trump mengabaikan upaya diplomasi Eropa, dengan mengatakan kepada wartawan, “Iran tidak ingin berbicara dengan Eropa. Mereka ingin berbicara dengan kami. Eropa tidak akan dapat membantu dalam hal ini.”
Trump juga mengatakan bahwa ia tidak mungkin meminta Israel untuk menghentikan serangannya untuk membawa Iran kembali ke meja perundingan.
“Jika ada yang menang, itu akan sedikit lebih sulit dilakukan,” katanya.
Keterlibatan AS kemungkinan akan melibatkan bom penghancur bunker yang kuat yang tidak dimiliki negara lain untuk menghancurkan fasilitas pengayaan uranium bawah tanah di Fordo.
Di jalan-jalan Teheran, banyak toko tutup dan pasar yang biasanya ramai sebagian besar sepi pada hari Jumat.
Israel Sudah Tembakkan 450 Rudal ke Iran
Sebuah LSM yang berbasis di AS, Human Rights Activists News Agency, hari Jumat mengatakan sedikitnya 657 orang telah tewas di Iran, termasuk 263 warga sipil.
Iran belum memperbarui jumlah korbannya sejak hari Minggu, ketika mengatakan bahwa serangan Israel telah menewaskan sedikitnya 224 orang, termasuk komandan militer, ilmuwan nuklir, dan warga sipil.
Sejak Israel melancarkan serangannya pada tanggal 13 Juni, yang menargetkan situs nuklir dan militer tetapi juga mengenai daerah permukiman, Iran telah menanggapinya dengan rentetan serangan yang menurut otoritas Israel telah menewaskan sedikitnya 25 orang.
Sebuah rumah sakit di pelabuhan Haifa, Israel melaporkan 19 orang terluka, termasuk satu orang dalam kondisi serius, setelah serangan terakhir Iran.
Direktorat Diplomasi Publik Nasional Israel mengatakan lebih dari 450 rudal telah ditembakkan ke negara itu sejauh ini, bersama dengan sekitar 400 pesawat tanpa awak.
Garda Revolusi Iran mengatakan mereka telah menargetkan situs militer dan pangkalan angkatan udara.
Negara-negara Barat telah berulang kali menyatakan kekhawatiran tentang perluasan cepat program nuklir Iran, khususnya mempertanyakan percepatan pengayaan uranium negara tersebut.
Badan Tenaga Atom Internasional mengatakan bahwa Iran adalah satu-satunya negara tanpa senjata nuklir yang mampu memperkaya uranium hingga 60 persen.
Namun, badan itu menambahkan bahwa tidak ada bukti bahwa Iran memiliki semua komponen untuk membuat hulu ledak nuklir yang berfungsi.
Kepala badan itu Rafael Grossi mengatakan kepada CNN bahwa mengatakan berapa lama waktu yang dibutuhkan Iran untuk mengembangkan senjata hanyalah “spekulasi belaka”.
Menteri Luar Negeri Inggris David Lammy mengatakan bahwa konflik itu berada pada “momen yang berbahaya” dan “sangat penting bagi kita untuk tidak melihat eskalasi regional”.
Iran Sukses di Pengayaan Uranium 60 Persen
Iran telah lama mempertahankan program nuklirnya untuk tujuan damai. Iran menjadi satu-satunya negara non-senjata nuklir yang memperkaya uranium hingga 60 persen.
Artinya, Iran tinggal selangkah lagi untuk bisa membuat senjata nuklir sebesar 90 persen.
Di sisi lain, dengan dibekingi AS dan Inggris, eIsrael kini menjadi satu-satunya negara Timur Tengah yang memiliki program senjata nuklir tetapi tidak pernah mengakuinya.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan operasi militer Israel akan terus berlanjut “selama diperlukan” untuk menghilangkan apa yang disebutnya ancaman eksistensial dari program nuklir dan persenjataan rudal balistik Iran.
Presiden Iran Masoud Pezeshkian mengatakan Sabtu bahwa negaranya tidak akan pernah melepaskan haknya atas tenaga nuklir, yang “tidak dapat dirampas melalui perang dan ancaman.”
Pezeshkian mengatakan kepada Presiden Prancis Emmanuel Macron melalui telepon bahwa Iran siap memberikan jaminan dan langkah-langkah membangun kepercayaan untuk menunjukkan sifat damai dari kegiatan nuklirnya, menurut IRNA, kantor berita yang dikelola pemerintah.
Iran sebelumnya setuju untuk membatasi pengayaan uraniumnya dan mengizinkan inspektur internasional mengakses situs nuklirnya berdasarkan kesepakatan tahun 2015 dengan imbalan keringanan sanksi.
Namun setelah Trump menarik AS keluar dari kesepakatan tersebut selama masa jabatan pertamanya, Iran mulai memperkaya uranium hingga 60 persen dan membatasi akses ke fasilitas nuklirnya.
Iran telah menegaskan haknya untuk memperkaya uranium — pada tingkat yang lebih rendah — dalam pembicaraan baru-baru ini mengenai program nuklirnya.
Namun Trump, seperti tuntutan Israel, memaksa Iran agar mengakhiri sepenuhnya seluruh program pengayaan uranium di negaranya.