San Francisco, Teritorial.com – Dengan rata-rata kebutuhan energi yang terus meningkat di tiap tahunya, maka hal tersebtu perlu diantisipasi. Pemanfaatan Energi alternatif terbaru dan terbarukan, harus ditempuh pemerintah agar tidak selamanya mengandalakn sumber energi minyak bumi yang terbatas.
Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai potensi sumber energi panas bumi (geothermal) terbesar di dunia. Namun pemanfaatan energi yang ternyata ramah lingkungan tersebut hingga kini masih terkedala optimalisasi.
Seperti yang dikatakan Wakil Ketua DPR RI bidang Korinbang Agus Hermanto (F-PD) usai bertemu dengan Guru Besar dan Associate Director Program On Energy And Sustainable Development Universitas Stanford, Prof. Mark C. Thurber di Universitas Stanford, San Francisco, Amerika Serikat.
Dalam kesempatan itu, Delegasi DPR RI juga meninjau langsung lapangan geothermal di Ormat California dan Lawrence Berkeley Laboratory di California yang dinilai sebagai salah satu laboratorium cukup bergengsi. “Kita punya potensi geothermal cukup besar, tapi kenapa tidak berkembang. Ini harus menjadi komitmen seluruh stakeholder dan political will bersama untuk mengembangkan energi baru dan terbarukan, termasuk energi geothermal,” tandasnya.
Agus memprediksi, jika Indonesia tidak memulai dari sekarang menyiapkan energi alternatif, maka anak cucu kelak tidak akan memiliki energi yang cukup untuk kehidupannya di masa depan.
Dalam kesempatan yang sama, Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Satya Widya Yudha mengatakan, poin penting yang didapat dari kunjungan ini adalah bagaimana strategi pengelolaan energi berkelanjutan AS yang disiapkan secara matang dan bagaimana pengembangan berbagai teknologi untuk EBT, khususnya energi geothermal.
Dari kunjungan ini, delegasi DPR RI juga dapat mengetahui bagaimana pemetaan karakteristik dari cadangan geothermal di masing-masing lokasi berdasarkan HEAT, PERM dan SEAL secara menyeluruh di AS. Dengan demikian, diketahui secara akurat lapangan yang bisa dikembangkan secara komersial, dengan menyediakan teknologi yang cocok.
“Di negara maju seperti AS, semua strategi kebijakan energi disiapkan secara visioner. Salah satunya melalui Laboratorium Lawrence Barkeley yang dikelola oleh Universitas California Berkeley ini. Bahkan, kita tahu adanya keberpihakan Negara Bagian California yang sangat pro-perubahan iklim, padahal bertentangan dengan kebijakan Presiden Donald Trump. Ini patut diapresiasi,” ungkap Satya.
Dalam waktu, dirinya berharap pemerintah mampu mendorong terbentuknya center of excellent khususnya bidang geothermal di Indonesia. “Alangkah hebatnya Indonesia jika bisa memiliki center of excellent, sehingga potensi geothermal yang kita miliki bisa dioptimalkan sebesar-besarnya, dalam rangka mewujudkan ketahanan energi nasional ke depan, ” harap politisi asal dapil Jawa Timur itu.
Kunjungan yang dilakukan pada Rabu (01/12/2017) tersebut juga diikuti oleh Anggota Komisi VII DPR Ramson Siagian (F-Gerindra), Anggota Komisi I DPR Nurdin Tampubolon (F-Hanura), dan Anggota Komisi II DPR Yandri Susanto (F-PAN). Turut serta dalam kunjungan ini, diantaranya Direktur Operasi PT. Pertamina Geothermal Energy Ali Mundakir serta perwakilan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.(SON)