Jakarta, Teritorial.Com – PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk menargetkan rugi bersih sepanjang tahun ini bisa ditekan di bawah US$100 juta pada akhir tahun ini atau Rp1,48 triliun (kurs Rp14.800 per dolar Amerika Serikat).
Direktur Utama Garuda Indonesia Ari Ashkara mengungkapkan salah satu cara yang akan ditempuh manajemen. Yakni, memperluas pasar dengan menyediakan fasilitas penerbangan tambahan untuk Umroh, ke China, dan Jepang. “Ini untuk carter dan domestik. Kemudian, rute-rute domestik yang sebelumnya dimiliki oleh pesaing,” ujarnya, Rabu (12/9).
Ari berharap upaya tersebut dapat mengurangi beban di tengah pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dan penguatan harga minyak dunia saat ini.
Selain itu, ia juga akan berupaya bisa mendapatkan slot penerbangan dari Bandara Halim Perdanakusuma. Hal itu dilakukan demi bisa bersaing dengan perusahaan maskapai lainnya.
Kemudian, manajemen juga akan berusaha mengurangi biaya operasional yang dianggap tidak perlu. “Maksudnya menutup kebocoran operasional ya, bukan efisiensi,” imbuh Ari.
Tak hanya dari sisi keuangan yang terus dilakukan pembenaran, Ari juga berkomitmen untuk memberikan kebijakan yang lebih baik untuk karyawan. Dengan begitu, pelayanan yang diberikan dari karyawan kepada konsumen bisa meningkat.
“Yang pasti kami akan membuat karyawan senang dulu karena memang saya sudah bicara dengan Serikat Karyawan Garuda (Sekarga) dan Asosiasi Pilot Garuda (APG),” kata Ari.
Menurut Ari, salah satu hal krusial yang harus dilakukan oleh manajemen saat ini adalah meningkatkan kembali semangat karyawan Garuda Indonesia.
Sebab, belakangan ini ia sering mendengar keluhan dari penumpang Garuda Indonesia. Makanya, ia merasa penting untuk meningkatkan taraf kemakmuran karyawan terlebih dahulu. “(Caranya bagaimana?) kalau mengikuti saya di PT Pelindo III akan kami terapkan beberapa di Garuda Indonesia,” ungkap Ari.
Sekadar mengingatkan, APG dan Sekarga sejak tahun lalu hingga pertengahan tahun lalu bersitegang dengan manajemen Garuda Indonesia terkait layanan kepada konsumen, pendapatan pilot, dan jumlah direksi yang dinilai terlalu banyak ketika kinerja perusahaan masih merugi.
Beruntung, persoalan itu sudah selesai dan serikat pekerja pilot Garuda Indonesia sudah berdamai dengan manajemen. Namun, untuk mengantisipasi hal itu tak lagi terjadi, Ari dan jajaran direksi baru lainnya akan meningkatkan komunikasi dengan APG dan Sekarga. “Komunikasi harusnya komunikasi dengan hati ke pegawai dan serikat tentu akan berhasil daripada komunikasi biasa,” imbuh dia.
Sebagai informasi, Garuda Indonesia tercatat menderita kerugian sebesar US$114 juta pada semester I 2018. Angka itu turun dibandingkan kerugian periode yang sama tahun lalu, yakni US$284 juta. Kerugian perusahaan membaik karena kenaikan pendapatan sebesar dari US$1,8 miliar menjadi US$1,9 miliar.