Jakarta, Teritorial.Com – Komisi I DPR bersama pemerintah menyepakati RUU tentang Kerja Sama Industri Pertahanan Indonesia dan Republik Belarus. Pemerintah dalam hal ini diwakili Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu. Kesepakatan itu diambil dalam rapat kerja Komisi I-Menhan di gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (28/1/2019). Sepuluh fraksi di Komisi I DPR menyetujui RUU tersebut. “Sepuluh fraksi setuju RUU dibahas ke tingkat II (pengesahan),” kata Wakil Ketua Komisi I F-PAN, Hanafi Rais.
RUU tentang Kerja Sama Pertahanan RI-Belarus itu akan disahkan dalam sidang paripurna DPR. Hanafi berharap kerja sama Indonesia dan Belarus ini bakal membawa manfaat signifikan. “Belarus itu punya industri strategis yang spesifik dalam bidang pertahanan,” ucapnya. “Kalau kita melihat lebih detail, ada kebutuhan teknis spesifik yang Belarus punya, tapi kita nggak punya. Dan di lain sisi Belarus menganggap kita lebih maju dari produksi alutsista secara utuh seperti kapal perang lebih besar. Itu kenapa MoU ini kita sepakati sebagai undang-undang,” imbuh Hanafi.
Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir berkunjung ke Belarus dalam memperingati 25 tahun hubungan RI-Belarus. Kunjungan juga dimaksudkan untuk meningkatkan kerja sama dalam pengembangan riset, teknologi, inovasi, dan pendidikan tinggi kedua negara.
Berdasarkan keterangan tertulis dari KBRI Moskow, Sabtu (17/11/2018), Nasir melakukan kunjungan ke negara pecahan Uni Soviet itu pada 13-14 November 2018. Dia menghadiri serangkaian pertemuan dan menyaksikan penandatangan nota kesepahaman (MoU) Kemnristekdikti dan Kementerian Pendidikan Belarus. Pertemuan ke-2 Kelompok Kerja Bersama RI-Belarus bidang Iptek dan Dikti Pertemuan ke-2 kelompok kerja bersama RI-Belarus bidang iptek dan dikti.
Dalam pertemuan, Nasir menyampaikan pentingnya menjaga hubungan Indonesia dan Belarus, yang telah memasuki tahun ke-25. Dia juga mengatakan kedua negara mempunyai minat yang sama untuk mempersiapkan generasi milenial yang paham iptek dan inovasi dalam menghadapi tantangan global. Selanjutnya, Kemenristekdikti dan State Committee on Science and Technology Belarus menyepakati rencana aksi bidang iptek dan inovasi tahun 2019-2020. Selain itu, Indonesia dan Belarus melakukan penandatanganan Mou bidang pendidikan tinggi yang dihadiri oleh sejumlah pejabat kedua negara di Belarusian State University.
Kerja sama itu terdiri atas sejumlah hal, yakni pengembangan kontak antara perguruan tinggi, pertukaran informasi berbagai program dikti, perancangan program kurikulum, riset bidang dikti, pelaksanaan dialog, seminar, dan dan konferensi bersama, serta program mobilitas pengajar dan pelajar. Kerja sama juga mencakup bidang perekayasa (engineering), pertanian, dan teknologi informasi.
Duta Besar Republik Indonesia untuk Federasi Rusia merangkap Republik Belarus M Wahid Supriyadi mengatakan kerja sama antara Indonesia dan Belarus itu merupakan satu peluang untuk mengembangkan sejumlah potensi riset dan teknologi. Wahid menilai Belarus merupakan negara pecahan Uni Soviet yang memiliki tingkat kemajuan iptek Yang sangat baik.
“Di antara teknologi maju yang dikembangkan Belarus antara lain teknologi pertanian, energi, informasi, kesehatan, sosial dan humaniora, serta pertahanan. National Academy of Sciences of Belarus memiliki minat besar bekerja sama dengan lembaga-lembaga iptek Indonesia, termasuk LIPI yang sudah terjalin sejak 2012,” kata Wahid.