Moscow, Teritorial.com – Persaingan dengan Amerika Serikat (AS) soal kemajuan teknologi persenjataan terus dilakukan oleh Rusia. Tidak lagi sebesar namanya dulu saat menjadi Uni-Soviet namun negeri Beruang salju ini tetap tidak kalah unggul dengan Amerika.
Ditengah memanasnya dinamika politik internasional dimana terjadi pembantaian besar-besaran umat manusia di Suriah, Vladimir Putin dalam pidato kenegaraan tahunannya di parlemen bikameral di hadapan seluruh anggota Majelis Federal, Presiden Rusia tersebut dengan bangga menyebutkan jika Rusia telah mengembangkan senjata jenis baru yang teknologinya jauh menggunguli AS.
Jika AS dulu boleh bangga sebagai negara penemu teknologii drone yang mampu melayang di udara, kini Rusia sebaliknya drone yang dibuat mampu melayang di permukaan laut, tidak hanya itu ICBM dan rudal hipersonik, termasuk senjata laser telah berhasil disempurnakan dan tinggal menunngu ijin operasionalnya dari dewan petinggi militer di Rusia.
Dilansir dari Vicenews.co (4/3/2018), anti klimaksnya adalah Rusia berhasil membuat rudal avangard yang baru saja berhasil lulus uji coba mampu melesat hingga kecepatan 20 mach sehingga sulit rasanya untuk dihentikan oleh sistem pertahanan rudal manapun di dunia termasuk yang saat ini dimiliki oleh AS, Israel dan Cina, bahkan NATO sekalipun.
Dengan rudal jenis baru ini, Putin mengatakan bahwa sistem pertahanan rudal NATO di Eropa tidak ada gunanya lagi. “Yang ingin Anda hindari dengan kebijakan Anda sudah terjadi. Anda telah gagal menahan Rusia,” kata Putin. Putin juga mengaskan bahwa orang yang mengatakan bahwa Perang Dingin baru telah dimulai bukanlah analis, mereka melakukan propaganda. Rusia kini telah membuktikan kepada seluruh dunia bahwa periode hegemoni AS telah selesai.
Penggelaran sistem pertahanan rudal NATO di Eropa jelas ditujukan untuk menghadapi ancaman Rusia. Doktrin pertahanan tersebut tampaknya merupakan kelanjutan dari era Perang Dingin (Cold War) yang terus dipertahankan oleh AS. Dengan kata lain, AS tampaknya masih terjebak dengan doktrin era Perang Dingin. Bahkan terus mendikte negara-negara Eropa untuk melawan Rusia dengan memicu perlombaan senjata.
Bukan itu saja, bahkan secara terang-terangan NATO telah mengubah Eropa menjadi battlefield melawan Rusia. Bayangkan bila terjadi perang nuklir, Eropa pasti akan hancur lebih dahulu karena menjadi medan pertempuran antara NATO dan Rusia.
Dengan kemajuakn teknologi militernya, sama halnya dengan yang dilakukan Cina, Rusia kini mencoba menunjukkan kepada dunia apa yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin secara intelektual. Sekali lagi Rusia kini menunjukkan kepada AS dan dunia internasional bahwa Rusia telah mengubah keseimbangan senjata nuklir tersebut.
Dengan ini maka jelas sekali bahwa Rusia memaksa AS untuk berfikir kembali mengenai arti stabilitas hegemoni. Jika sebelumnya menjaga keseimbangan dan perdamaian dunia adalah alih-alih AS untuk tetap mempertahankan dominasinya di dunia, maka apakah dengan kemajuan persenjataan Rusia yang luar biasa tersebut AS mampu menghentikan Rusia dengan hanya alasan sebatas perdamaian dunia.
Tegas Putin adalah demonstrasi kekuatan persenjataan nuklir Rusia menjadi penting dilakukan agar dunia internasional melihat tujuan pengembangan senjata nuklir baru tersebut.”bentuk dominasi tunggal ala Amerika patut dipertanyakan kembali, apakah dengan jargon tersebutmembuat dunia selama ini menjadi aman tentunya tidak. Darisiliah kami kembali hadir sebagai aktor utama dunia internasional berupaya mengubur omong kosong Amerika soal menjaga keamanan internasional”, ungkap Putin. (SON)