Alasan Kim Jong-Un Gunakan Identitas Palsu di Brasil

0

Pyongyang, Teritorial.com – Dugaan pemalusan identitas yang dilakukan oleh pemimpin Diktaktor nomor wahid di dunia itu mulai tersebar dan menjadi topik hangat sepekan terakhir ini. Pemalsuan identitas berupa foto-kopian dokumen paspor yang mengungkap dugaan pemalsuan identitas oleh Kim Jong-il dan Kim Jong-un – anaknya – dengan menggunakan paspor Brasil.

Pemalsuan identitas itu dilakukan pada 1996 – saat Kim Jong-un masih usia remaja. Mengutip keterangan Reuters, ayah Kim Jong-un yang juga pemimpin Korea Utara pendahulunya – Kim Jong-il – telah memalsukan identitas dengan nama “Ijong Tchoi” pada sebuah paspor Brasil yang menggunakan foto dirinya.

Sedangkan Kim Jong-un sendiri yang kini menjadi pemimpin Korea Utara paling ditakuti menggunakan nama palsu “Josef Pwag” yang disebut sebagai anak adopsi dari Ricardo dan Marcela. Kala itu Kim Jong-un yang kelahiran 8 Januari 1983 masih berusia 13 tahun.

Reuters juga sudah meminta keterangan dari sumber keamanan di Brasil yang menyebutkan dokumen – dikeluarkan oleh Kedutaan Brasil di Praha, Cekoslovakia pada 1996 itu – tampaknya seperti asli. Penduduk Brasil yang beragam dan pejabatnya yang cenderung korup menjadikan Brasil sudah lama dikenal sebagai sorga pemalsuan identitas.

Sumber keamanan lainnya menyebutkan paspor – asli dengan identitas palsu – itu sudah pernah digunakan mengajukan visa untuk berkunjung di sejumlah negara di Barat. Namun sumber itu belum bisa memastikan apakah permohonan visa itu dikabulkan atau tidak. Salinan foto kopi dokumen itu sudah pasti bukan bukti valid – bisa jadi hanya rekaan dari musuh-musuh Kim Jong-un – tapi ini bukan pertama kalinya paspor Brasil dikaitkan dengan keluarga Kim.

Rencana Pelarian

Memalsukan identitas untuk mendapatkan paspor dari negara-negara lain bukan sesuatu yang sulit bagi keluarga Kim. Tapi pertanyaannya, kenapa mereka gunakan paspor luar negeri dan dengan identitas palsu. Kalau untuk anak-anak Kim Jong-il mungkin alasannya untuk menikmati dunia hiburan yang tidak bisa didapat di negerinya atau negara-negara komunis lainnya yang kapan pun bisa didatanginya.

Korea Utara pada dekade 1990-an sebagaimana dikutip dari sejumlah pemberitaan media asing, dikabarkan sebagai negara miskin yang menjadi korban perang dingin. Pada dekade sebelumnya negara yang beribukota Pyongyang ditopang oleh China dan Uni Soviet sebagai negara garis depan untuk menangkal pengaruh blok kapitalis.

Kini Uni Soviet sudah tumbang. Meskipun masih melakukan hubungan dagang dengan Rusia tapi mentor politiknya tinggal Cina. Sebagaimana diberitakan di media-media Barat, secara internal negara ini acap kali berada dalam ancaman kelaparan. Secara internasional Korea Utara disebut-sebut sebagai negara paria dengan utang luar negeri yang bernilai miliaran dolar AS.

Pasca perang dingin, negara-negara komunis nyaris terisah hanya Korut, Cina dan Vietnam, adapun di Amerika Latin masih tersisah seperti Kuba dan Venezuela. Beberapa negara Eropa Timur seperti Rumania, Hungaria dan pecahan Cekoslovakia mulai membelot ke Barat dengan alasan faktor ekonomi.

“Mengapa dia ingin melakukan itu? Kim Jong-il dipandang sangat menghindari risiko – kami tahu bahwa dia pernah berkunjung ke Moskow dan Beijing dalam beberapa kesempatan, tapi untuk ke sana dia mungkin tidak memerlukan paspor,” ungkit Nilsson-Wright sebagaimana dikutip dari program Newshour yang ditayangkan BBC News.

“Jadi ini menunjukkan bahwa mungkin ini adalah usaha dia dan putranya untuk berpikir dalam hal rute pelarian keluar dari Korea Utara – dan itu akan menjadi nyata dan sangat mengejutkan”, terang Nilsson-Wright.

Hal itu menunjukkan – lanjut Nilsson – ada tingkat ketidak pastian. Para pemimpin di negara ini merasa kurang aman lebih dari yang “kita” duga. Perasaan tidak aman itu pula yang mungkin menjadikan Kim Jong-un – pewaris tahta ketiga – terkesan paranoid berlebihan. Dia terkesan menerapkan “zero tolerant” terhadap gejala-gejala pembangkangan.

Kenapa Brasil?

Tapi kenapa paspor Brasil yang dipilih untuk memalsukan identitas? Ini adalah keniscayaan dari penduduk Brasil sendiri yang beragam. Hampir semua suku bangsa yang ada di dunia ini ada di Brasil. Selanjutnya ada kecenderungan korup pejabatnya ketika itu. Sehingga paspor Brasil menjadi buruan utama para pemalsu identitas – apa pun kepentingannya.

Sebagaimana pernah diberitakan Al-Jazeera pada 2011 yang mengutip hasil survei oleh “Vocativ” pada 2015 – pengurusan paspor di Brasil terhitung paling murah dan mudah didapat melalui situs-situs gelap di internet.

Namun untuk dekade 1990-an alur ceritanya jelas berbeda. Pemerintah Brasil sendiri mengakui sebelum memperkenalkan aplikasi keamanan paspor pada 2006, paspor Brasil adalah salah satu yang paling umum dipalsukan. Keluarga Kim juga dapat dengan mudah melewati sebab berasal dari Asia Timur yang populasinya terhitung besar di Brasil.

Menarik juga dicatat paspor itu dikeluarkan di Keduataan Brasil di Praha. Kala itu hubungan antara Korea Utara dan Cekoslovakia terhitung mesra – baik dalam kerjasama ekonomi maupun koperasi – paska Perang Korea 1950-1953 yang meluluh-lantakkan negara itu. Jejak kemesraan itu terlihat berlanjut hingga dekade 1990-an.

Share.

Comments are closed.