Kuala Lumpur, Teritorial.com – Penyelidikan terhadap kasus pembunuhan ilmuawan Palestina Dr Fadi al-Batsh, di Kuala Lumpur, Malaysia, dilaporan telah direncanakan setidaknya dalam empat bulan. Hal itu diungkap Kepolisian Diraja Malaysia, pasca menemukan indikasi-indikasi kuat terkait pembunuhan berencana tersebut.
Menurutu polisi, salah satu dari dua tersangka pembunuh al-Batsh telah berada di Malaysia sejak akhir Januari 2018. “Kami berhasil mendapatkan gambar tersangka berdasarkan keterangan saksi mata,” kata Kepala Polisi Diraja Malaysia Jenderal Polisi Tan Sri Mohamad Fuzi Harun. “Kami percaya dia menggunakan dokumen identitas palsu untuk masuk ke negara ini,” lanjut Mohamad Fuzi, yang dikutip The Star, Kamis (26/4/2018).
Menurut rekaman CCTV di sekitar lokasi kejadian, dua tersangka beraksi dengan menaiki sepeda motor. Berkaitan dengan Palestina maka tidak heran jika sedari awal keluarga al-Batsh menuduh agen Mossad Israel sebagai pelaku, sebagaimana Hamas yang langsung menyatakan bahwa Israel menjadi otak dibalik pembunuhan tersebut.
Namun, Tel Aviv membantah terlibat dalam pembunuhan ilmuwan muda Palestina tersebut. Meskipun pembunuhan sudah berselang lima hari, polisi Malaysia meyakini para tersangka masih berada di negara tersebut. “Kami telah memperketat keamanan di sepanjang perbatasan nasional kami,” ujar Mohamad Fuzi. “Kami juga bekerja dengan lembaga penegak hukum lainnya, termasuk Departemen Imigrasi, untuk memperketat jaringan di sekitar tersangka,” imbuh dia.
Polisi Diraja Malaysia hingga saat ini tetap bungkam ketika ditanya soal keterlibatan agen asing terhadap kasus pembunuhan tersebut. “Kami masih menyelidiki. Namun, kami percaya mereka sangat terlatih karena serangan itu dilakukan secara profesional,” katanya, yang menambahkan bahwa 14 peluru dikumpulkan dari lokasi kejadian.
Sementara itu, istri korban, Enas al-Batsh, 31, mengatakan dia dan tiga anaknya yang masih kecil akan kembali ke tanah air mereka di Palestina untuk selamanya. (SON)