Singapura, Teritorial.com – Angkat isu militerisasi di perairan sengketa Laut Cina Selatan (LCS) dalam pertemuan Shangri-La Dialogue 2018 di Singapura, Menhan AS James N. Mattis buat seorang jenderal militer Cina marah dan mengecam komentar negatif kepada AS yang dianggap telah melakukan provokasi.
Mewakili negaranya Letnan Jenderal He Lei, seorang petinggi militer Beijing menyayangkan pernyataan Menhan AS tersebut, “Komentar tidak bertanggung jawab dari negara lain tidak dapat diterima,” ungkap Letnan Jenderal He Lei dalam sebuah kesempatan di forum internasional Shangri-La Dialogue, di Singapura yang juga dihadiri oleh Menhan RI Ryamizad Ryacudu.
Cina yang semakin kuat atas klaim sepihak di wilayah sengketa tersebut justru lagi-lagi berujar seolah-olah LCS telah benar-benar berada dalam bagian dari integritas kedaulatannya. “Selama berada di wilayah Anda sendiri, Anda bisa mengerahkan pasukan dan Anda bisa menyebarkan senjata,” ujar Jenderal He Lei.
“Ini demi membela diri,” katanya, dengan memperingatkan bahwa Beijing akan mengambil langkah tegas jika negara-negara lain mengirim kapal dan pesawat yang mendekati pulau-pulau di Laut China Selatan yang diklaim Beijing.
Seperti diketahui, Beijing telah mengerahkan berbagai perangkat militer termasuk rudal anti-kapal, rudal surface-to-air, hingga jammer elektronik di LCS. Beijing juga telah mendaratkan pesawat pembomnya di Woody Island di Kepulauan Paracel. “Meskipun klaim Cina sebaliknya, penempatan sistem senjata itu terkait langsung dengan penggunaan militer untuk tujuan intimidasi dan pemaksaan,” kata Mattis.
Mattis juga mengecam Presiden Cina Xi Jinping karena mengingkari janjinya yang dibuat di Gedung Putih tahun 2015. Menurut Menteri Pertahanan AS tersebut, Presiden Xi pernah berjanji bahwa Beijing tidak akan melakukan militerisasi di Laut China Selatan. Cina telah mengklaim hampir seluruh kawasan laut yang menghasilkan sekitar USD5 triliun setiap tahunnya dari lalu lintas kapal perdagan dunia. Beberapa negara Asia seperti Brunei, Malaysia, Filipina, Taiwan dan Vietnam juga memiliki klaim di kawasan tersebut.
Sementara itu, kolumnis Washington Post, Josh Rogin, bertanya kepada Mattis apakah dia pikir tidak produktif bagi Trump untuk “berkelahi” dengan Cina, sekutu Washington dalam perdagangan. “Tentu saja kami memiliki beberapa pendekatan yang tidak biasa, saya akan berterus terang dengan Anda,” jawab Mattis yang dilansir Minggu (3/6/2018).
“Tapi saya diingatkan bahwa selama negara terus berdialog, selama mereka terus mendengarkan satu sama lain dan saling menghormati satu sama lain, tidak ada yang berlebihan berdasarkan satu keputusan, suatu hari nanti,” imbuh Mattis. (SON)