Jepang, Teritorial.com – Peringatan resmi mengatakan gelombang di beberapa tempat bisa mencapai 5 meter, namun sejauh ini gelombang setinggi 1,2 meter menerjang pelabuhan Wajiima di prefektur Ishikawa pada Senin (01/01) pukul 16.21 waktu setempat, menurut kantor berita nasional NHK.
Kota Toyama di Prefektur Toyama juga melaporkan gelombang tsunami setinggi 0,8 meter.
Sebelumnya, pemerintah Jepang sudah meminta agar para penduduk di wilayah pesisir Noto di prefektur Ishikawa agar “evakuasi secepatnya ke dataran tinggi,” demikian dilansir NHK.
Sedikitnya ada enam kasus orang yang terjebak di bawah reruntuhan bangunan, kata sekretaris kabinet Jepang, Yoshimasa Hayashi, dalam konferensi pers, Senin (01/01).
Sementara, kebakaran besar terjadi di Ishikawa setelah gempa terjadi.
Adapun saat ini Kementerian Luar Negeri Indonesia sedang berkoordinasi dengan KBRI Tokyo dan KJRI Osaka untuk mengetahui dampak gempa dan tsunami.
KBRI Tokyo mencatat terdapat 1.315 warga negara Indonesia yang menetap di prefektur Ishikawa, 1.344 di Toyama dan 1.132 di Niigata, menurut Koordinator Fungsi Penerangan, Sosial Budaya KBRI Tokyo, Meinarti Fauzie.
KBRI Tokyo dan KJRI Osaka telah mengeluarkan imbauan agar warga negara Indonesia tetap waspada atas gempa susulan dan tsunami dan selalu memantau informasi dan arahan otoritas setempat.
“Peringatan tsunami di sepanjang pesisir barat Jepang masih belum dicabut hingga malam hari ini waktu Jepang,” ujar Meinarti Fauzie, Senin (01/01).
Pada Senin malam, Jepang telah menurunkan tingkat “peringatan tsunami besar” untuk wilayah Noto menjadi “peringatan tsunami” yang lebih rendah, lapor kantor berita Reuters.
Peringatan tsunami juga tetap berlaku di prefektur Niigata dan Toyama.
‘Seperti bencana di tengah makan malam Natal’
Jeffrey Hall, dosen di Universitas Kanda di Jepang, mengatakan dia merasakan getaran akibat gempa sekitar dua menit, meskipun gempa terjadi di wilayah lain di Yokohama.
Kepada BBC, dia mengatakan gempa bumi adalah “hal yang sangat, sangat serius” bagi Jepang dan “orang-orang sangat ketakutan”.
“Ini setara dengan gempa bumi besar dan tsunami yang terjadi di tengah jamuan makan malam Natal bagi masyarakat Inggris,” katanya.
“Bagi orang Jepang, Tahun Baru adalah hari dimana semua orang berkumpul di rumah keluarga besarnya dan makan bersama.
“Pada pukul 16.30, hal ini terjadi. Ini merupakan gangguan besar. Di seluruh negeri, orang-orang melihat hal ini di TV bersama keluarga mereka. Ini sangat menakutkan.”
Kebakaran besar dan orang-orang terjebak reruntuhan
Kebakaran besar terlihat terjadi di Wajima di prefektur Ishikawa pada Senin malam setelah gempa terjadi.
Departemen Pemadam Kebakaran Kota Wajima di Ishikawa mengatakan telah menerima sedikitnya 30 laporan tentang bangunan yang runtuh, lapor lembaga penyiaran publik Jepang NHK.
Sekretaris kabinet Jepang Yoshimasa Hayashi mengatakan banyak orang terjebak di bawah reruntuhan rumah yang roboh akibat gempa. Ia menegaskan, pihak berwenang masih mengumpulkan informasi mengenai kerusakan tersebut.
Hingga saat ini, belum ada kabar mengenai jumlah korban secara keseluruhan. Namun, juru bicara pemerintah mengatakan ada enam laporan kasus orang terjebak di bawah reruntuhan rumah yang runtuh.
Sejauh ini gempa tersebut telah mengakibatkan pembatalan jadwal perjalanan dan keberangkatan seluruh Shinkansen, pembatalan pendaratan di Bandara Niigata, dan terdapat sejumlah kerusakan di beberapa ruas jalan di Ishikawa.
Gempa juga menyebabkan putusnya hubungan listrik dan berdampak pada sekitar 35.000 rumah tangga di ketiga prefektur tersebut.
Laporan dari kota Suzu, dekat pusat gempa di wilayah Noto, prefektur Ishikawa, mengatakan banyak bangunan runtuh. Foto-foto yang diambil pascabencana menggambarkan dampak gempa pada bangunan Kuil Onohiyoshi dan sekitarnya di Kanazawa, prefektur Ishikawa.
Sejumlah pejabat menambahkan bahwa banyak rumah di beberapa bagian prefektur telah runtuh.
Perusahaan kereta api milik negara, Japan Railways, juga telah menghentikan sementara jalur kereta cepat shinkansen antara Tokyo dan pusat gempa yakni daerah administrasi Ishikawa.
Serangkaian gempa melanda wilayah Noto pada Senin sore, dimulai dengan gempa berkekuatan 5,7 pada pukul 16:06 waktu setempat, kata Badan Meteorologi Jepang. Guncangan ini diikuti oleh gempa berkekuatan 7,6 M dan setidaknya lima gempa susulan dalam waktu satu jam.
Gempa terbesar yang tercatat di Semenanjung Noto
Gempa berkekuatan 7,6 magnitudo ini merupakan yang terbesar yang tercatat di Semenanjung Noto di prefektur Ishikawa sejak pencatatan dimulai pada tahun 1885, kata Badan Meteorologi Jepang.
Seorang pejabat badan tersebut juga mengatakan bahwa peringatan tsunami yang dikeluarkan sebelumnya adalah peringatan besar pertama sejak Maret 2011, ketika Jepang dilanda salah satu gempa bumi terkuat yang pernah tercatat.
Dia menambahkan, ada peningkatan risiko tanah longsor dan kebakaran di daerah yang terkena dampak.
Juru bicara pemerintah Jepang, Yoshimasa Hayashi, telah memperingatkan warga untuk bersiap menghadapi gempa susulan.
Operator pembangkit listrik tenaga nuklir terbesar di negara itu, Kansai Electric, mengatakan pembangkit listrik tenaga nuklir di wilayah yang terkena dampak masih berfungsi normal.
Tidak ada penyimpangan operasional yang dilaporkan dari pembangkit listrik tenaga nuklir di sepanjang Laut Jepang, kata Otoritas Regulasi Nuklir Jepang.
Ini termasuk lima reaktor aktif di pembangkit listrik Ohi dan Takahama Kansai Electric Power di Prefektur Fukui.
Pabrik Shika milik Hokuriku di Ishikawa, yang terletak paling dekat dengan pusat gempa, telah menghentikan dua reaktornya sebelum gempa untuk pemeriksaan rutin dan sejauh ini tak ada dampak apa pun dari gempa tersebut, kata badan tersebut.
Badan meteorologi Korea Selatan telah memperingatkan bahwa gelombang tsunami setinggi 0,3 m dapat melanda pantai timur negara itu antara pukul 18:29 hingga 19:17 waktu setempat.
Rusia telah mengeluarkan peringatan tsunami di kota pelabuhan timur jauh Vladivostok dan Nakhodka, kantor berita negara TASS melaporkan.
Pada tahun 2011, Jepang dilanda gempa berkekuatan 9,0 magnitudo dan tsunami yang melanda pesisir timur laut negara itu, menewaskan hampir 18.000 orang dan menyebabkan puluhan ribu orang mengungsi.
Hal ini juga menyebabkan kehancuran di pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima, di sisi timur pulau tersebut, yang dampaknya masih terasa hingga saat ini.