Jakarta, Teritorial.Com – Masa depan pengembangan rare earth di tanah air kini ada di tangan Menko Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan dan Menhan Prabowo Subianto. Tentang siapa pihak yang akan menjadi investor rare earth Cina ataukah Amerika Serikat (AS) sejauh ini belum ditentukan.
Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan sudah menawarkan ke negara-negara yang siap menjadi investor, seperti AS. Namun untuk saat ini investor yang sudah siap adalah Cina. Demimenjaga iklim investasi di Indonesia, nampaknya Luhur kini bersikap enggan untuk menyerahkan proyek tersebut ke Cina.
“Ini kita juga memang dilematis, karena rare earth kan paling banyak diproduksi di Cina, AS sendiri begitu di banned oleh Cina itu kelabakan juga. Nah investor yang paling capet sekarang itu Tiongkok, nah kalau kita semua kasih Tiongkok nanti semua mental,” kata Luhut dalam diskusi virtual, seperti dikutip minggu (02/08/2020).
Oleh karena itu, saat ini Luhut sedang mencari investor lain selain Cina, apakah AS atau negara lainnya untuk memelihara ekuilibrium. Luhut sejauh ini masih mempertimbangkan perhitungan strategi berdasarkan geopolitik sebelum sampai pada keputusan final dengan siapa Indonesia akan memberikan ijin rare earth tersebut.
Selain itu, usulan penggunaan rare earth sebagai bahan pembuatan senjata merupakan hasil pembicaraan antara Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan bersama Menteri Pertahanan Prabowo Subianto. Tanah jarang ini banyak di temukan di daerah yang menghasilkan timah, seperti di Bangka Belitung.
Saat dikonfirmasi ke Gubernur Bangka Belitung Erzaldi Rosma Djohan, ia mengaku sudah bertemu dengan Prabowo perihal potensi besar tanah jarang ini. “Ini adalah mineral-mineral yang sangat memiliki potensi untuk ketahanan negara kita,” ujar Erzaldi ditemui di gedung Mahkamah Konstitusi (MK).
Tanah Jarah Komponen Pembuatan Alutsista
Dalam Situs American Geosciences menjelaskan rare earth dibutuhkan untuk membuat produk teknologi tinggi. Di bidang pertahanan, elemen ini bisa dipakai untuk membuat guidance systems, laser, serta radar dan sonar system. Rare earth sebetulnya mineral yang banyak tersebar di bumi, namun kenapa disebut rare (langka)? Menurut situs Geology.com, elemen rare earth adalah seperti lanthanum, cerium, praseodymium, neodymium, dysprosium dan lain sebagainya.
Mereka sebetulnya tidak “langka”, tetapi pengolahannya tidak mudah. Hampir seluruh rare earth terbesar di dunia adalah China. Tahun lalu, China memproduksi hingga 132 ribu metrik ton rare earth. “China mendominasi rantai industri rare earth di dunia dan mencatat 95 persen dari output rare earth di dunia.
Rare earth tidak bisa digantikan untuk memanufaktur produk elektornik modern seperti smartphone, robot industri, TV, kendaraan, dan senjata. Pasar utama rare earth China adalah Jepang, Eropa, dan AS. Berdasarkan data Mining.com, produksi rare earth di AS pun kalah dari Cina. Tahun lalu, produksi di AS adalah 26 ribu metrik ton, terbesar nomor dua di dunia. Oleh karena rare earth dianggap salah satu senjata China dalam perang dagang melawan Presiden AS Donald Trump
Badan Geologi Kementerian ESDM Survey Potensi Tanah Jarang
Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berencana bakal melakukan survei untuk mengetahui potensi dari rare earth alias tanah jarang tahun depan. Plt Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Saleh Abdurrahman mengatakan rare earth sangat potensial salah satunya bisa digunakan untuk membuat chips. “Itu baru survey tahun depan, itu potensial sekali. Kita bisa buat chips teknologi tinggi itu kan di-survey,” ungkapnya.
Ia mengatakan kemungkinan rare earth bisa ditemukan di daerah yang menghasilkan timah, contohnya di Bangka Belitung. Indonesia diperkirakan punya cadangan besar rare earth. Direktur Pembinaan dan Pengusahaan Mineral Kementerian ESDM Yunus Saefulhak menjelaskan soal rare earth sudah ada tiga yang diidentifikasi. Di antaraya monasit dari PT Timah Tbk, yang merupakan produk sampingnya. Kedua, rare earth yang ada di bauksit bernama skandium. Ketiga, pada nikel yang sudah mulai dilakukan kajian.