Jakarta, Teritorial.com – Awal bulan desember ini, duni internasional kembali dikejutkan dengan memanasnya suhu politik Timur Tengah yang disebabkan oleh pernyataan Trump mendukung Yerusalem Ibu Kota Israel.
Seluruh dunia mengecam tindakan Trump tersebut. Karena hal ini melanggar Resolusi DK PBB yang menegaskan bahwa Yerusalem adalah sebuah kota terbelah, di barat di bawah yurisdiksi Israel, di Timur di bawah yurisdiksi Palestina. PBB menggariskan bahwa tindakan sepihak Israel menjadikan Yerusalem sebagai Ibu Kota merupakan bentuk pelanggaran, dimana posisi Yerusalam sebagai situs sejarah dunia masih dibawah pengawasan dan mandat PBB.
Jokowi mengecam sikap dan tindakan Trump tersebut. Sebagaimana diketahui bahwa pemindahan kantor kedutaan Amerika Serikat (AS) ke Yerusalem dapat diartikan dukungan AS atas upaya pencaplokan Yerusalem Timur kepada kekuasaan Israel. Resolusi PBB 181 (1947) tentang “The Partition of Palestine” mengakui adanya dua negara (Israel dan Palestina) dan “International regime for Yerusalem”. Pada resolusi PBB 2334 (2016) ditegaskan lagi bahwa Yerusalem Timur adalah wilayah Palestina yang diduduki Israel sejak 1967.
Denny J.A. dalam essainya berjudul “Konflik Palestina-Israel dan Nobel Perdamaian untuk Jokowi”, mengapresiasi langkah Jokowi dan mendorong agar sikap Jokowi dalam urusan ini dirancang untuk Jokowi bisa memperoleh “Nobel Prize”.
“Apresiasi atas sikap Jokowi terhadap isu Yerusalem ini perlu ditindaklanjuti dengan memburu Nobel Prize adalah pandangan naif. “Apa sih yang dilakukan Jokowi yang begitu fenomenal dalam kaitan sikap dan pandangannya? Jika dibandingkan dengan negara negara lainnya? Marilah kita membandingkan dalam dua hal, pertama kecepatan merespon, kedua, bentuk sikap dan tindakan”. Tegas Denny.
Beberapa negara di dunia sudah merespon isu Jerusalem ini sebelum Trump mengumumkan tindakannya. Macron (Prancis) sudah memperingatkan Trump dua hari sebelum pengumuman Trump, May (Inggris) sebelum Trump”. Ungkap Pendiri Lingkar Survei Indonesia itu.
Negara negara eropa secara keseluruhan sudah mengecam lebih awal sikap Trump tersebut. Presiden Rusia sendiri, meski mengecam pada hari yang sama dengan Jokowi, sudah diketahui berpihak pada Palestina selam ini secara terbuka. Rusia mendukung terwujudnya Yerusalem Timur sebagai ibukota Palestina.
Sementara Tiongkok sudah mengecam AS pada tanggal 6/12. Dan Arab Saudi mengecam sejak tanggal 4/12. Over all, dari segi respon, Jokowi terkesan lebih lambat dari rata rata tokoh utama dunia dan negara Islam.
Dari segi kecaman, sikap Jokowi tidak lebih radikal dari banyak negara. Di berbagai negara Islam, sikap pemimpinnya selalu disertai dengan ratusan ribu aksi massa turun kejalan membakar bendera Israel, semisal di Turki.
Bahkan, sebelum Jokowi bersikap, rakyat Indonesia masih dibingungkan oleh klaim duta besar Amerika yang menyatakan sudah melobi Indonesia, sebagai negara sahabat, untuk mendukung sikap Amerika itu. Oleh karenanya, penghargaan kepada Jokowi, seperti pikiran Denny J.A. sangatlah sumir. (SON)