Medan, Teritorial.Com – Ulama yang satu ini memang tidak begitu dikenal publik Indonesia, namun ia sangat populer di Negeri Perak, Malaysia. Sepulang dari Mesir, ia pernah diangkat sebagai anggota Majlis Ulama Negeri Perak, Malaysia.
Selain Syeikh Musthofa Husein Nasution Al-Mandili (pendiri Pesantren Musthafawiyah Purba Baru), Syeikh Abdul Qadir Al-Mandili, Syeikh Fauzi Hasibuan, ada satu sosok ulama yang menjadi kebanggaan orang Mandailing. Beliau adalah Syeikh Junaid Thola Rangkuti, lahir di Sibanggor, Kotanopan Mandailing, Sumatera Utara tahun 1897 dan wafat tahun 1948. Syeikh Junaid Thola merupakan ulama Mandailing yang dikenal sebagai pengasas perwakafan. Dia juga pendiri Pesantren Al-Junaidiyah di Kampung Lamo pada 2 Februari 1929.
Ada perbedaan pendapat mengenai tanggal kelahiran Syeikh Junaid Thola. Ada yang menyebut beliau lahir tahun 1878 M, lahir di Tanjung Larangan, Desa Sigantang Kecil, Silaping. Pendapat lain menyebut lahir 1886 M di Hutadolok, Kenegerian Maga, Kecamatan Kotanopan. Tahun lahir yang lain disebut 1897 M. Tahun lahir 1897 itulah yang disetujui dalam seminar yang diadakan di Kota Panyabungan pada tahun 2000 anjuran Angkatan Belia Islam Malaysia (ABIM) bekerja sama dengan IAIN Sumatera Utara (sekarang bernama UIN Sumut), Pemkab Mandailing Natal dan Pengurus Perwakafan Syeikh Al-Junaid.
Pendidikan beliau dimulai dari SR dan dilanjutkan ke Pesantren Babussalam, Langkat. Kemudian, Pesantren Haji Cho Dol, Gajah Mati, Kelantan, Malaysia. Pesantren Tan Haji Salleh Masri, Bukit Mertajam, Pulau Pinang, Malaysia. Dan dilanjutkan ke Universitas Al-Azhar pada 1925. Setelah menempuh pendidikan dasar di tanah kelahirannya, Syekh Haji Junaid Thola mendapatkan dua pendidikan di Semenanjung Melayu, yakni melalui Che Doi Pondok Gajah Mati (Kedah) dan Syekh Mohd Salleh al-Masri (Pulau Pinang). Pendidikan itu mempertemukannya dengan tokoh ulama besar Melayu, Syekh Haji Wan Mustafa (Tok Bendang Daya), Hulubalang Patani, pendiri Pondok Bendang Daya Patani yang sangat terkenal pada masa dulu.
Setelah belajar di Kedah, Syeikh Haji Junaid Thola pindah ke Madrasah al-Masriyah asy-Syubbaniyah di Bukit Mertajam, Seberang Perai, Pulau Pinang. Di sini, Syekh Haji Junaid Thola belajar kepada pendiri madrasah itu, yakni Syekh Mohd. Salleh al-Masri bin Baqi bin Lundang. Setelah belajar dari Universitas Al-Azhar Mesir, Syekh Haji Junaid Thola pergi ke Makkah dan belajar kepada Syekh Abdul Qadir bin Shabir al-Mandaili. Di Makkah, Syeikh Haji Junaid Thola juga sempat belajar kepada Tok Cik Wan Daud al-Fathani dan Pak De ‘El al-Fathani. Beliau sempat menjadi imam dan kemudian mengajar di Masjidil Haram Makkah, kemudian kembali ke Mandailing.
Ketokohan dan Pengaruh Syeikh Junaid Thola
Setelah kembali ke bumi Mandailing, beliau aktif dalam perjuangan kemerdekaan. Syeikh Junaid Thola merupakan seorang tokoh ulama yang anti kolonial Belanda. Peranan yang dijalankannya di Tanah Mandailing seimbang dengan perjuangan semasa di perantauan di Perak, Malaysia. Karena kondisi di Mandailing kala itu tidak kondusif, bahkan pemerintah kolonial Belanda pernah mengeluarkan perintah tangkap terhadap Syeikh Juneid Thola, ia pun berhijrah ke Semenanjung Melayu.
Di Malaysia, ia dilantik sebagai anggota Majlis Ulama Negeri Perak oleh Sultan Iskandar Syah, Sultan Perak Darul Ridzuan ketika itu memerintah sejak 1918 hingga 1938. Syeikh Junaid Thola juga mendirikan sebuah Madrasah Arabiyah Kampung Lalang, sekolah ini terus berkembang pesat. Keadaan ini mendorong berdirinya sebuah madrasah yang lebih lengkap dan lebih teratur, tahun 1931 M dengan nama Madrasah Yahyawiyah untuk mengambil alih tempat Madrasah Arabiyah. Kemudian ia mendirikan sebuah madrasah untuk pelajar puteri yang diberi nama Madrasah Diniyah Puteri, diresmikan tahun 1935.
Tokoh pembaharuan Islam seperti Syekh Thahir Jalaluddin yang juga sahabat karibnya, sering berkunjung ke madrasah ini. Madrasah ini dianggap sebagai madrasah pertama di Perak yang mendukung ide pembaharuan. Kemudian diikuti dengan pendirian banyak madrasah seperti Madrasah al-Ridzuaniah di Padang Asam, di Kampung Buaya, di Padang Rengas, di Kampung Gapis, di Kampung Pauh, di Paya Lintah, di Kampung Keruh Hilir, di Kampung Keruh Hulu, dan Madrasah Sabiyah al-Ahmadiah di Kampung Laneh. Juga mendirikan madrasah di Perak, Malaysia.
Syeikh Junaid Thola juga ikut berjuang bersama pejuang-pejuang di Semenanjung Tanah Melayu, seperti pada masa kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II hingga Indonesia merdeka. Ia memusatkan aktivitasnya di Kampung Lalang, Padang Rengas dengan mendirikan sebuah Madrasah Diniyah. Syeikh Haji Junaid Thola melibatkan diri dan memiliki peranan tersendiri dalam perjuangan Kemerdekaan, momentum lainnya adalah dalam suatu demonstrasi besar-besaran di Kuala Kangsar anjuran API (Angkatan Pemuda Insaf) dan AWAS (Angkatan Wanita Sedar).
Mendirikan Yayasan Al-Junaidiyah
Dibalik ketokohannya sebagai ulama, Syeikh Junaid Thola ternyata sukses mendirikan Yayasan Al-Junaidiyah yang diresmikan sejak tahun 1929. Ada beberapa faktor yang melatarbelakangi didirikannya yayasan ini. Yaitu melihat kondisi penduduk yang memprihatinkan pada awal kepulangannya ke Mandailing terutama soal pendidikan, akhlak dan kehidupan beragamanya yang masih rendah dan tertinggal.
Beliau pun fokus memperbaiki keadaan tersebut. Syeikh Junaid Thola membuka pengajian-pengajian. Selain memperbaiki akhlak dan pendidikan masyarakat, melalui yayasan yang dibangunnya ia berhasil mengangkat perekonomian masyarakat. Sejak didirikan hingga usia 83 tahun, lembaga pendidikan dan yayasan ini sudah mencetak ribuan lulusan. Dalam bidang perekonomian, beliau berhasil membangun industri lokal, memperkenalkan tanaman jeruk, tebu dan kapas kepada penduduk.
Selain itu, yayasan ini mempunyai aset meliputi perkebunan, sawah, lembaga pendidikan, dan pasar. Hal ini sangat membantu memberikan lapangan kerja bagi masyarakat Mandailing. Di akhir hayatnya, Syeikh Junaid meninggalkan salah satu karya tulisnya yaitu Kitab Kaifiyat Mengadakan Waqaf Muslim yang ditulis tahun 1929 di Negeri Perak.
Kehidupan pribadi beliau diketahui memiliki isteri pertama bernama Sariyah binti Haji Said. Karena meninggal dunia, beliau menikah lagi dengan adik isteri pertamanya Siti Hajar Binti Haji Said warga negara Malaysia. Kemudian menikah lagi dengan perempuan Mandailing bernama Rokiyah binti Haji Ibrahim. Putra-putri beliau adalah Sakinah Junaid dan Habibah Junaid serta Menantu Tan Sri Datuk Asri Muda. Syeikh Junaid Thola Rangkuti wafat pada tahun 1948 pada usia 62 tahun. Makam beliau berada di Huta Namale Kampung Lamo, Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara.
Dikutip Dari Berbagai Sumber