PT Pindad Optimis Komodo Buatanya Tembus Pasar Alutsista Internasional

0

Bandung,Teritorial.Com – Setelah melewati serangkaian uji coba tes kelayakan guna, kini kendaraan taktis (rantis) miliki PT Pindad (Persero) Komodo secara resmi mulai dipamerkan. Dengan keunggulan teknologi yang dimiliki Komodo, Pindad yakin bahwa rantis produksinya tersebut mampu menembus pasar alutsista internasional.

Rantis Komodo kali ini berbahan bakar solar dengan bauran minyak sawit sebanyak 20% (biodiesel 20/B20) Konversi ke B20 dalam penggunaan rantis Komodo yang bermesin diesel merupakan suatu inovasi karena sebelumnya bahan bakar nabati (biofuel) berbasis sawit kerap diragukan kecocokannya dengan mesin peralatan berat.

Direktur Utama Pindad Abraham Mose menjelaskan pihaknya sedang melakukan pembicaraan dengan vendor mesin Pindad untuk melangkah ke B50 (bauran minyak sawit sebanyak 50% dalam solar). Hal ini disebabkan perlunya modifikasi pada mesin, terutama sistem nozzle dan penyaringan (filter) untuk kandungan biofuel sebanyak itu.

“Permasalahannya selama ini selalu di situ. Tapi saat ini pihak ITB [Institut Teknologi Bandung] sedang melakukan penelitian untuk menciptakan green biodiesel, sehingga unsur monoglyceride dan triglycerides yang ada di dalamnya bisa disaring sehingga betul-betul murni menjadi green biodiesel atau green avtur,” jelas Abraham usai peluncuran mesin minyak goreng buatan Pindad itu, hari Sabtu.

Dia pun mengakui, kendala dalam mesin ini menjadi salah satu penghambat teknologi biodiesel Indonesia bisa masuk ke pasar Eropa karena tidak compatible dengan mesin buatan Eropa. Kendati demikian, Abraham meyakini bahwa pada saatnya pabrikan mesin Eropa harus beradaptasi dengan teknologi dan regulasi Indonesia karena besarnya pasar di tanah air.

Sebagai informasi, rantis Komodo menggunakan mesin buatan pabrikan asal Prancis, Renault. Adapun selain Komodo, Pindad juga sedang mencoba menerapkan B20 pada mesin panser Anoa. “Memang itu yang jadi problem-nya tetapi mereka kan harus lihat market. Market kita kan besar sekali, di Asia, di Indonesia sehingga mereka mau tidak mau harus berdaptasi, melakukan perubahan di engine di sisi nozzle dan filter,” pungkasnya.

Share.

Comments are closed.