Ekonom Perkirakan Beban Utang Negara Bertambah di Tahun 2019

0

Jakarta, Teritorial.Com – Ditengah keterpurukan ekonomi yang kian berlanjut akibat dampak buruk dari melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat, kini Indonesia masih harus menanggung beban utang yang diperkirakan kembali meningkat memasuki tahun 2019 mendatang.

Ekonom dari  Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara bakal meningkat. Diperkirakan olehnya bahwa utang Indonesia akan mencapai Rp4.685 triliun “Tahun depan rencana penambahan utang baru Rp359,3 triliun. Jadi total utang sampai akhir tahun 2019 adalah Rp4.685 triliun atau naik 8,3%. Ini tidak sinkron dengan pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan 5,3% lebih rendah dari target 2018,” ujar Bhima di Jakarta, Sabtu (18/8/2018).

Tidak hanya itu, dia menyebutkan strategi untuk menutup utang jatuh tempo dengan lakukan refinancing alias terbitkan Surat Berharga Negara (SBN) baru lagi dengan tenor yang lebih panjang akan lebih sulit. Pasalnya tantangan beban bunga dipastikan naik karena tahun depan Fed rate diproyeksikan naik hingga 3 kali bunga acuan. “Yield SBN saat ini sudah 8% untuk tenor 10 tahun. Total utang di 2018 dengan asumsi penambahan utang baru Rp387,4 trilun menjadi Rp4.326 triliun,” tegasnya.

Sementara itu sebelumnya dalam laporan Nota Keuangan dan RAPBN 2019, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani memastikan pengelolaan utang Indonesia masih aman. Meski Ia mengakui, pembayaran utang tahun 2019 mendatang cukup berat lantaran utang pemerintah yang jatuh tempo di tahun tersebut cukup besar.

Mantan Direktur Bank Dunia itu mengungkapkan, jumlah utang pemerintah yang akan jatuh tempo pada 2019 mencapai Rp409 triliun. Walau demikian dia menegaskan, pengelolaan utang pemerintah semakin baik terlihat dari dua indikator yang menunjukan kesehatan APBN, yakni defisit APBN dan tingkat keseimbangan primer.

Dipaparkan defisit APBN terus mengalami penurunan terhadap GDP. Pada tahun 2015, tercatat defisit APBN sempat menyentuh angka 2,59% dari GDP senilai Rp298,5 triliun. Angka ini perlahan turun pada 2016 sebesar 2,49% dan kembali turun pada 2017 menjadi 2,15%.

Target defisit APBN pada 2018 pun turun menjadi 2,12%. Sementara itu, pada RAPBN 2019 ini, defisit akan diperkirakan di 1,8% terhadap GDP. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan defisit paling kecil yang pernah terjadi di 2012 yaitu 1,86% dari PDB.

Share.

Comments are closed.