Jakarta, Teritorial.Com – Melansir data Bloombers Dollar Index, nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (AS) terpantau kembali melemah dan menyentuh level Rp. 14.813 per USD pada perdagangan hari ini, Jum’at (31/8/2018).
Angka tersebut tercatat menjadi yang paling rendah di tahun 2018. Padahal pada penutupan perdagangan pada Kamis (30/8/2018) yang berada pada level Rp. 14.680 per dollar AS. Penu
Analis Senior CSA Resarch Institute Reza Priyambada menilai bahwa rilis kenaikan pertumbuhan ekonomi AS menjadi salah satu alasan melemahnya Rupiah. Tidak hanya itu, kembali meningkatnya kekawatiran pelaku pasar menjelang kesepakatan dagang antara AS dan Kanada juga turut meningkatkan permintaan akan aset-aset safe haven, terutama USD.
Selain itu, kelanjutan perang dagang AS-China juga menjadi kekhawatiran para pelaku pasar karena AS berencana akan menaikkan tarif bea masuk impor produk China senilai US$20 miliar.
Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara menjelaskan bahwa tidak hanya nilai tukar Rupiah yang melemah terhadap Dollar AS, tetapi mata uang asing sejumlah negara juga mengalami pelemahan. Lebh lanjut Mirza menjelaskan bahwa posisi melemahnya Rupiah masih lebih baik jika dibandingkan dengan nilai tukar negara-negara lain.
“Jadi di seluruh dunia melemah terhadap dolar AS, pertama ini terjadi karena kenaikan bunga acuan bank sentral AS dan kedua merupakan perang dagang AS dan China,” ujar Mirza, Jumat (31/8/2018).
Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan bahwa Pemerintah akan terus mengawasi pergerakan nilai rupiah. “Ya kami akan terus mewaspadai dan mengawasi (nilai tukar rupiah terhadap dollar AS),” ujar Sri Mulyani di kawasan Kementerian Keuangan, Jakarta, Jumat (31/8/2018).