Jakarta, Teritorial.Com– Pemerintah meyakini lebih siap mengantisipasi kemungkinan melonjaknya harga bahan pangan terutama beras pada akhir 2018.
Harga gabah mulai merangkak naik, namun diyakini tidak akan diikuti melonjaknya harga komoditas beras. Terlebih persediaan Perum Bulog tahun ini
“Tahun lalu mulai Oktober, harga beras mulai naik, tetapi waktu itu kan tidak ada impor. Sekarang tentunya pemerintah sudah lebih siap, sudah mengantisipasi salah satunya dengan melakukan impor,” ujar Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kecuk Suhariyanto dalam keterangannya.
Menurut Kecuk, sapaan akrab Suhariyanto, selama stok mencukupi harga beras diyakini akan tetap stabil.
“Menjaga harga beras adalah hal mutlak yang harus dilakukan pemerintah. Kalau tidak, dampaknya akan luar biasa ke inflasi,” tuturnya.
Cadangan beras pemerintah tidak hanya yang ada di gudang-gudang Bulog. Stok beras nasional terutama diperoleh dari hasil panen petani.
Berdasarkan Angka Ramalan I (ARAM I) tahun 2018, Luas Panen Padi bulan Januari – Agustus 2018 sebesar 12,18 juta ha. Diperkirakan pada periode tersebut produksi padi mencapai 62,76 juta ton GKG, dengan produktivitas sebesar 5,1 ton/hektar. Sehingga produksi beras bulan Januari – Agustus 2018 diperkirakan sebesar 39,37 juta ton.
Sebelumnya Menteri Keuangan Sri Mulyani menegaskan, terjadinya deflasi pada Agustus merupakan cermin terjaganya stabilitas kebutuhan panga