Bogor, Teritorial.Com – Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso mengaku akhir-akhir ini sulit tidur nyenyak. Penyebabnya adalah karena Indonesia masih rutin mengimpor beras, termasuk yang dilakukan oleh Bulog sendiri.
Pria yang akrab disapa Buwas tersebut memang tidak pernah meminta izin impor beras kepada pemerintah. Beras impor milik Bulog yang datang pada tahun ini adalah hasil keputusan rapat koordinasi yang disetujui dirut Bulog yang lama, Djarot Kusumayakti.
Bulog mendapatkan izin impor beras sebanyak 2 juta ton yang terbagi dalam 3 tahap. Hingga Agustus 2018, Bulog sudah mendatangkan 1,498 juta ton. masih ada jatah impor beras sebanyak 500 ribu ton yang belum didatangkan Bulog.
“Saat ini saya tidak bisa tidur nyenyak ya karena apa ya karena impor-impor itu (beras). Kadang kala saya sampai pening-pening, saya tanya apa betul produksi kita kurang,” ungkap Buwas usai meresmikan Politeknik Pertanian di Kabupaten Bogor, kemarin.
Menjawab keraguan terhadap produksi beras nasional, Buwas mengaku sempat bertukar pikiran dengan para ahli beras. Bahkan, dia juga mendatangkan perwakilan Badan Intelijen Negara (BIN) dan Kepolisian. Hasilnya, pada saat musim kemarau seperti sekarang, produksi beras nasional bisa digenjot hingga 12 juta ton. Sedangkan di musim normal, angka produksi beras bisa mencapai 16 juta ton.
“Semua yang hitung bukan orang bodoh (tapi) orang-orang yang mengerti analisisnya. Juga semalam (ada) dari BIN, dari Kepolisian hadir semua untuk menganalisa seperti apa sih kondisi,” ujarnya.
Dari hasil diskusinya dengan para ahli perbeerasan tersebut, Buwas optimistis Bulog tak perlu lagi mengimpor beras setidaknya sampai Juli 2019 mendatang. Stok beras Bulog cukup dan tetap rutin menyerap beras yang diproduksi petani.
“Saya tidak mau kerja yang mubazir,” tegas Buwas.
Minjem Gudang
Menurut Buwas pihaknya juga tengah mencoba meminjam gudang milik Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) untuk menyimpan beras. Sebab, masih ada pengadaan beras impor yang belum masuk sebanyak 400.000 ton.
“Kita lihat gudang deh, di Jakarta saja ngap-ngapan dan ini mau datang lagi 40.000 ton dan saya pikir mau di mana lagi ya. Ada teman-teman AURI saya ngomong kalau pesawat dikeluarin nggak masuk angin, kalau beras kena hujan kan masalah perut masyarakat,” jelasnya.
Lebih lanjut, ia pun meminta agar pemerintah mau membantu pihaknya mencarikan tempat penyimpanan beras. Pihaknya pun siap untuk menggelontorkan dana untuk gudang tersebut.
“Jadi jangan urusan gudang itu urusan Bulog. Harusnya saya dibantu dong. Pak Buwas butuh gudang? Ini ada sekian banyak, ini data-datanya. Gitu dong kalau urusan bayar itu urusan saya, tapi nunjukin saja nggak,” papar dia.
Sementara itu, ia juga meminta agar persoalan beras tersebut tidak menjadi lebih besar lagi. Untuk itu, ia berharap agar semua informasi terkait pangan bisa keluar melalui satu pintu.
“Kita evaluasi blundernya sehingga nggak terulang karena 2016 begitu, 2017 begitu, 2018 gitu lagi dan nggak selesai. Jadi saya ingin nanti yang bicara dalam hal ekonomi menteri perekonomian saja, satu yang bicara soal pangan selesai. Saya hanya pelaksanaan saja deh,” tutup dia.