Ternate, Teritorial.Com – Kota Ternate masyhur dengan pesona alam yang elok. Banyak pantai-pantai yang masih perawan dan belantara Gunung Gamalama yang mengunggu untuk dieksplorasi. Tetapi, masih banyak yang belum menyadari bahwa potensi industri sandang juga mulai berkembang.
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Ternate mengatakan bahwa tenun Ternate akan menjadi produk industri unggulan. Kekhasan tenun Bumi Gamalama sudah melegenda serta memiliki banyak nilai historis wajib untuk dilestarikan.
“Tenun sangat potensial untuk dikembangkan. Dia memiliki latar belakang sejarah karena sering dipakai oleh Jou (raja), Boki (ratu), dan para Ngofa (anak turun raja).” Tutur Talha Husen, Kasie Sarana dan Usaha Industri Disperindag Kota Ternate saat diwawancara Teritorial di kantornya siang ini (21/9/2018).
Berdasarkan data Disperindag Kota Ternate tahun 2017 terdapat 1.172 Industri Kecil Menengah (IKM) di Kota Ternate. IMK tersebut terbagi ke dalam beberapa sektor dan didominasi oleh sektor pangan dengan jumlah sekitar 400 IMK. Selain itu masih banyak IMK yang bergerak pada bidang sandang, logam elektronika, kerajinan tangan, dan lainnya.
Saat ini batik Ternate juga sudah mulai dikembangkan walaupun secara kultural tidak ada basis batik di Bumi Kie Raha ini. Tentunya kain dibatik menggunakan motif-motif khas Ternate seperti motif rempah-rempah dan bahari. “Ibaratnya, bila di Jogja ada bakpia (kacang hijau), maka di Ternate juga ada. Apakah itu bakpia ikan atau bakpia rempah-rempah.” Tambah perempuan yang pernah kuliah di Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.
Sedikitnya pengrajin tenun Ternate perlu menjadi perhatian bagi pemerintah. Tidak sedikit warga Kota Ternate yang enggan menjadi penenun dan lebih memilih pekerjaan yang cepat menghasilkan uang. Ditambah budaya bermain gawai membuat generasi muda enggan untuk melestarikan budaya. Skala industri juga masih kecil, perlu adanya investor untuk mengembangkan tenun Ternate yang sarat akan sejarah.
Di lain sisi, tenun Indonesia, khusus Tenun Ikat Sumba pernah menjadi nominasi paten intangible heritage milik UNESCO. Masyarakat tentu akan bangga apabila produk dalam negeri mampu bersaing di kancah internasional, terlebih hingga saat ini tidak ada ancaman produk tenun dari luar negeri. “Kalau tenun, tidak ada ancaman dari luar negeri. Malah potensi yang bisa dikembangkan.” Tutup Talha Husen sembari menandatangi beberapa surat.
CR: Mudzakir Ruslan