Washington, Teritorial.Com – Bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve mengisyaratkan langkah pengetatan kebijakan moneter yang diambil selama ini mungkin akan diakhiri. Kebijakan tersebut mencoba mensiasati prospek ekonomi AS yang meredup akibat gejolak global dan hambatan atas perdagangan dan negosiasi anggaran pemerintah.
Chairman Fed Jerome Powell mengatakan bahwa pihaknya akan menahan diri sebelum membuat langkah lebih lanjut terkait suku bunga. Padahal, sebelumnya Fed menyatakan akan mendorong kenaikan bertahap lebih lanjut atas suku bunga. Beberapa kalangan memperkirakan Fed akan menaikkan suku bunganya satu atau dua kali lagi sepanjang tahun ini.
Namun, Rabu (30/1) lalu Ketua Fed Jerome Powell mengatakan kasus kenaikan suku bunga telah melemah dalam beberapa pekan terakhir, dengan tidak adanya kenaikan inflasi, stabilitas keuangan, melambatnya pertumbuhan di luar negeri serta dampak ekonomi akibat penutupan pemerintah yang membuat prospek ekonomi AS menjadi kurang pasti.
“Kami sekarang menghadapi gambaran yang agak kontradiktif tentang kinerja makroekonomi AS yang umumnya kuat di samping semakin banyak bukti lintas-arus. Manajemen risiko akal sehat menyarankan dengan sabar menunggu kejelasan yang lebih besar,” kata Powell seperti dikutip Reuters, Kamis (31/1/2019).
Menurut Powell, pertumbuhan ekonomi AS yang berlanjut masih memungkinkan. Namun, sambung dia, hal itu kini menjadi kurang pasti dibandingkan proyeksi sebulan yang lalu ketika The Fed mengatakan ekonomi akan tumbuh lebih cepat dari yang diharapkan.
Dikombinasikan dengan komentar bahwa neraca Fed akan tetap lebih besar dari yang diperkirakan sebelumnya, pertemuan Fed minggu ini mungkin menandai akhir yang agak antiklimaks pada upaya bertahun-tahun untuk menormalkan kebijakan moneter setelah krisis keuangan dan resesi 2007-2009. Tingkat bunga Fed saat ini antara 2,25% dan 2,5%, jauh di bawah rata-rata historis.
Perubahan sikap Fed ini dinilai dapat menimbulkan pertanyaan tentang apakah sikap tersebut merupakan respons terhadap tekanan dari pasar keuangan yang tidak stabil atau Presiden Donald Trump. Seperti diketahui, Trump telah berulang kali menyerang The Fed karena menaikkan suku bunga, dengan alasan bahwa kebijakan itu menekan pertumbuhan ekonomi.
Namun, Powell bersikeras bahwa Fed hanya bereaksi terhadap data ekonomi, bukan tekanan lainnya. Dia menyebut sikap terbaru The Fed adalah wait and see, yang tidak berarti menghentikan sama sekali kemungkinan menaikkan suku bunga. Tetapi dia juga menjelaskan bahwa bank sentral tidak lagi terburu-buru setelah menaikkan suku bunga hampir setiap triwulan selama dua tahun terakhir.